Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kita Pilih Pelayan Masyarakat, bukan Raja

4 Desember 2020   15:40 Diperbarui: 27 Oktober 2023   07:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pejabat pemerintahan produk pemilihan umum seperti Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota, Gubernur dan Wakil Gubernur  seterusnya hingga Presiden pada dasarnya adalah pelayan rakyat. Seperti halnya para anggota legislatif merupakan para wakil - wakil rakyat yang mendapat mandat untuk mengawal tugas dan kinerja para pelayan masyarakat. Sebagai pemegang mandat tertinggi, rakyat adalah penentu siapa yang mau diangkat sebagai pelayan mereka. Tentunya menjadi sangat aneh dan tidak masuk akal ketika kita sebagai rakyat akan memilih para calon "pelayan" malah ribut sendiri apalagi sampai berkelahi.

Pelayan yang seharusnya kita pilih haruslah yang memiliki visi misi yang jelas, memiliki rencana kerja yang jelas dan pengalaman mengerjakan pekerjaan yang akan kita berikan, bukan hanya bisa menjelekkan orang, menjelekkan pelayan sebeluknya hingga menjelekkan sama sama calon pelayan. Dan jadi lucu jika kita memilih pelayan malah kita mendukung mati - matian calon pelayan kita, kita ribut sendiri saling berkelahi sesama rakyat justeru membela orang yang akan jadi pelayan kita.

Sebagai rakyat yang seharusnya memegang kendali sebagai penentu karena kita yang milih pelayan - pelayan itu maka sudah seharusnya kita kritis kepada siapapun yang nantinya mendapat mandat kita. Kritis yang disampaikan seorang majikan kepada rakyatnya bukan sekedar nyinyir dan meang-meong di medsos semata, tapi kritik yang konstruktif, karena ini semua adalah properti kita sebagai rakyat yaitu majikan, jangan sampai rusak dan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pelayan - pelayan yang kita pilih itu. Kinerja pelayan yang tidak sesuai dan tidak memahami persoalan harus kita luruskan, kita ajak bicara, kalau perlu kita jewer, tapi kita juga bawa setumpuk solusi. Realitas pemilihan pelayan justru membawa kita pada situasi tidak sehat, saling serang antar rakyat, kita berkelahi dalam memilih pelayan, itu adalah kebodohan yang nyata.

Negeri ini telah banyak memfasilitasi kanal-kanal aspirasi, bahkan gugatan dan sengketa pun ada saluran aspirasinya. Jika ada permasalahan kita tinggal menyampaikan dan mengawal. Perbedaan dalam hal pemikiran dan pendapat adalah suatu kebolehan, wajat dan tidak masalah, tapi berkelahi fisik dan mengumbar kebencian ke personal, bukanlah cerminan demokrasi tapi adalah sikap bar-bar.

Partai politik, Tim sukses, pendukung hingga relawan tak ubahnya seperti yayasan atau komunitas penyedia calon calon pelayan yang akan dipilih oleh majikan - majikan yang membutuhkan yaitu rakyat. Harusnya fokus pada penyampaian kualitas serta kelebihan calon pelayannya bukan malah sibuk menjelekkan dan menyerang personal calon pelayan lain. Mereka seharusnya memberikan informasi yang edukatif buat Masyarakat bukan malah mengadu domba. Masyarakat seharusnya tak mudah diadu-domba oleh para pihak yang berkepentingan bertarung memperebutkan kekuasaan. Tak sekadar melihat tampang para kandidat dan janji muluk-muluk yang digembar-gemborkan. Tapi harusnya sudah paham, siapa yang paling layak dan terbaik untuk menjadi pelayan ke depan, melanjutkan pembangunan.

Kandidat pemimpin daerah adalah calon pemegang mandat tertinggi, sudah seharusnya rakyat mengkritisi para kandidat, harus tahu program apa yang akan ditawarkan oleh calon pelayan kita. Bukan malah sebaliknya, ribut dan gontok-gontokan hanya karena beda pilihan, beda dukungan. Bukan malah terus menyebar fitnah, caci-maki, celaan, hinaan. Kita sebagai rakyat adalah memilih pelayan yang baik dengan solusi solusi mereka

Menjadi pemilih haruslah selalu memelihara kewarasan, sebaiknya tak usah terpancing dan mau mengikuti propaganda pihak-pihak tidak bertanggungjawab yang berupaya memecah-belah dan mengadu-domba kita! Pemilihan umum baik Pileg, Pilkada, maupun Pilpres adalah momen untuk memilih pemimpin terbaik, memilih pelayan rakyat yang pandai bekerja, memilih pemimpin dengan visi dan misi yang mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik serta momentum memilih pelayan yang mampu mengelola negara ini dengan baik, bukan malah terus memicu konflik yang memecah belah persatuan bangsa dan negara.

Agar kondisi masyarakat tetap sejuk dan kondusif, sebaiknya para kandidat, tim sukses dan pendukung yang bertarung mengedepankan politik santun. Elite politik juga harus memberikan contoh yang baik, memberikan keteladan politik, bukan sebaliknya malah memprovokasi. Karena pastinya, kita berharap PEMILU ini bukan sebatas memilih pemimpin yang notabene Cuma "pelayan rakyat". Tapi yang jauh lebih penting adalah, momentum PEMILU yang telah menelan biaya besar harus menjadikan negeri kita LEBIH BAIK, dan menjadikan RAKYAT SEJAHTERA!

Harus menjadi pedoman bagi kita sebagai rakyat dalam memilih pelayan atau pemimpin masyarakat bahwa kita hanyalah memilih pelayan kita kenapa kita harus mati matian membelanya. Tugas kita adalah menyeleksi dan memilih setelah mereka jadi tinggal kita menuntut hak kita atas janji janji mereka, bukan turut andil menutupi keburukan mereka, biarlah mereka bekerja melayani kita dan kita terus memberikan kritik dan masukan yang konstruktif. Jadi, siapapun nanti pemimpin yang terpilih, kita hormati dan kita dukung. Tapi jika setelah terpilih malah bikin rakyat sengsara, KITA TURUNKAN BERSAMA-SAMA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun