Menumbuhkan cita pada sesama harus kita mulai dengan meninggalkan sikap-sikap permusuhan dan mengutamakan persatuan. Perseteruan politik harusnya hanya jadi dinamika berdealiktika untuk mewujudkan tatanan berbangsa yang baik bukan untuk provokasi saling menghujat dan meresahkan masyarakat.
Banyak anjuran yang disampaikan bahwa sikap dan perilaku muslim pasca ramadhan adalah cerminan suksesnya ibadah puasa ramadhan kita, hal ini adalah sebuah semangat hijrah secara psikologis kita menuju sikap dan aksi kebaikan kita. Kita bisa bercermin dari perbuatan kita apakah ramadhan yang kita lalui mampu mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik.Â
Yang dulunya kurang peka terhadap kepedulian sesama menjadi lebih sensitif dan turut dalam aksi nyata, yang dulu bersikap dan bekerja secara korup dan merugikan masyarakat berani berubah bekerja sepenuhnya untuk masyarakat, yang dulu penebar berita hoaks dan teror berani berubah mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, yang dulu terus berseteru dan saling serang lawan politik berani berubah menjadi kerja sama demi kesejahteraan masyarakat.
Jika kita masih melakukan rutinitas yang sama dengan sikap yang sama seperti sebelum ramadhan atau bahkan semakin menjadi -- jadi maka ramadhan ternyata tidak mampu membuat kita berhijrah menjadi lebih baik, dan andai ini terjadi pada kita yang mengemban amanah Allah dan Rakyat maka kedepan kita sudah tidak pantas lagi untuk mengemban amanah itu, sudah saatnya masyarakat harus meninggalkan kita yang tidak pernah mau berubah menjadi lebih baik, menjadi lebih berpihak kepada masyarakat.Â
Manusia sebenarnya adalah manusia yang mampu memanusiakan manusia, muslim yang baik adalah muslim yang bermanfaat bagi sesama. Makna hidup sebenarnya adalah hidup yang bermanfaat bagi alam dan sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H