Ramadhan telah hadir bersama kita, sebuah even tahunan yang memang disediakan oleh Allah SWT buat kita untuk menjadi ajang perenungan diri diri, dengan menyelami makna puasa, dengan mendefinisikan sebenarnya hakekat puasa kita bisa terus meremajakan iman dan esensi keberadaan kita dibumi ini. Selain melatih sisi kemanusiaan kita puasa di bulan Ramadhan juga tidak lepas dari edukasi buat kita untuk menjalankan pola hidup sehat, jika berbicara pahala dan sebagainya tak perlulah kita khawatir karena Allah sendiri yang menajmin pahala puasa.
Bicara ramadhan tidak lepas dibenak kita dengan istilah ngabuburit, iya pasti itu sebuah aktifitas sore hari menjelang waktu berbuka puasa. Istilah kata Ngabuburit itu sendiri berasal dari Bahasa Sunda, Jawa Barat, yang berasal dari kata "burit" yang merepresentasikan waktu yang berarti sore, senja, atau menjelang Maghrib.
Istilah Ngabuburit juga umum diucapkan banyak orang ketika menunggu waktu berbuka puasa, tepatnya setelah ba'da Ashar. Kebanyakan orang juga mengenal istilah Ngabuburit sebagai menunggu waktu berbuka puasa. Kata "menunggunya" itu yang lebih ditekankan dengan cara melakukan aktivitas / kegiatan tak rutin sambil menunggu Adzan Maghrib tiba untuk berbuka puasa.Â
Namun jika diteliti lebih mendalam, istilah kata "burit" tidak ada hubungannya dengan puasa saja. Mungkin karena buka puasa itu dilakukan saat petang (Maghrib), dimana peralihan antara sore dan malam. Maka pada akhirnya istilah Ngabuburit pun digunakan, diucapakan oleh dan dikenal banyak orang, karena artinya dipersempit menjadi menunggu saatnya berbuka puasa. Ngabuburit sendiri dapat dikatakan sudah menjadi tren atau sebuah tradisi yang tak bisa dilepaskan begitu saja dari bulan puasa Ramadhan. Karena fenomena Ngabuburit saat bulan puasa Ramadhan sudah begitu memasyarakat.Â
Kebanyakan orang yang tinggal di kota, biasanya menunggu waktu berbuka puasa dengan melakukan banyak kegiatan positif. Seperti jalan-jalan ke suatu tempat (taman, dll) bersama kerabat keluarga atau sahabat / teman, untuk sekedar menghabiskan waktu sambil menunggu Adzan Maghrib tiba. Lalu juga ada yang menghabiskan waktu dengan beritikaf di masjid. Kemudian juga ada yang berbelanja kebutuhan lebaran. Dan sebagian lainnya melakukan kegiatan hang-out bersama dengan sahabat / teman, dan lainnya.
Contoh positif lainnya dari kegiatan Ngabuburit yang kebanyakan ada di desa, dan mungkin masih eksis sampai saat ini. Nun jauh di masa lalu, saya pernah menjalani Ngabuburit di desa dengan melakukan permainan tradisional bersama teman-teman sebaya. Misalnya saja bermain sepeda bersama, meskipun itu sepeda jengki ataupun sepeda ontel, yang tak pernah sekalipun saya duduk di jok-nya ketika mengendarainya, melainkan bersusah payah duduk di besinya yang berada tepat dibawah jok, karena bukan main tingginya.
Lalu selain itu, Ngabuburit di desa juga diisi dengan bermain petak umpet, bentengan, meriam-meriaman yang terbuat dari bambu dan diisi dengan karbit lalu disulut api sehingga menghasilkan suara dentuman yang cukup keras, dan juga melakukan permainan singkongan yang hampir mirip dengan permainan tak kadal lubang.
Tak hanya itu banyak pula moment ngabuburit yang diisi dengan memperdalam ilmu agama di pesantren-pesantren kilat, banyak melakukan hal positif seperti kampaye literasi islam, literasi alquran, hal itu semua senada dengan Jika kita merujuk kegiatan Ngabuburit dari asalnya yaitu dari daerah Jawa Barat.
Hakekat Ngabuburit yang dijalani oleh masyarakat Sunda nun jauh di masa lalu, kebanyakan masyarakatnya menghabiskan waktu Ngabuburit di dalam surau atau masjid. Seperti mengaji dengan Ustad dan Kyai, dengan membaca kitab suci Al-qur'an, dengan bertujuan untuk meng-khatam-kannya dalam jangka waktu hanya bulan puasa Ramadhan. Selain itu, Ngabuburit tempo dulu juga diisi dengan kegiatan dakwah islam untuk mengajak kebaikan dan mengajak kembali pada jalan yang benar sesuai dengan tuntunan hadis dan kitab suci Al-qur'an.
Mari isi Ramadhan kita dengan hal-hal positif tentunya dengan ngabuburit yang positif dan penuh edukasi dan peningkatan kualitas iman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H