Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan buat Ibu Pertiwi Terus Menangis

5 April 2018   17:55 Diperbarui: 5 April 2018   17:58 3603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tipskeluargaharmonis.com


Kebahagiaan adalah cita-cita kita semua, kita semua berlomba mengejar karir dan prestasi yang gemilang hingga tak sedikit dari kita yang menghalalkan segala cara untuk mewujudkan sebuah kebahagiaan itu. Tapi bagi ibu pertiwi yang kaya raya ini ternyata kebahagiaan belum diterimanya. Harta yang berlimpah dan kehidupan yang serba berkecukupan ternyata bukan syarat utama sebuah kebahagiaan. Ibu Pertiwi yang kaya raya merasa hidupnya sangat tidak bahagia karena kehidupan keluarganya penuh dengan perbedaan pendapat diantara anak-anaknya sendiri, keluarganya masih terus sering rebut dan cekcok hanya meributkan sebuah posisi, proyek, sebuah nama dan hanya itu-itu saja walau keributan itu dikemas dengan kecantikan yang lain.

Perbedaan-perbedaan itu terus menimbulkan konflik keluarga sehingga ibu pertiwi semakin perih melihat tingkah polah putra putrinya. Bukan berusaha mengelola perbedaan untuk menjadi sebuah kekayaan kazanah untuk mewujudkan persatuan tapi justru perbedaan dibuat semakin cantik untuk ambisi kemenangan pribadi. Perbedaan dijadikan komoditi kepentingan untuk saling menjegal dan saling menghakimi saudaranya sendiri.

Ibu Pertiwi merintih melihat putera-puterinya berdebat saling menyalahkan. Anak yang satu merasa lebih mampu dari yang lain, anak yang lain merasa diperlakukan tidak adil dan sebagainya. Putra-putri pertiwi saling mengedepankan ego pribadi tanpa melihatnya betapa sedihnya ibu pertiwi.


Setiap hari keluarga Ibu Pertiwi selalu diwarnai dengan perdebatan, sehingga hampir seluruh anggota keluarga lupa menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga, baik untuk sarapan pagi maupun untuk makan siang dan makan malam. Sedangkan Ibu Pertiwi sudah mulai beranjak tua, dia sudah berkurang kekuatan untuk mengerjakannya sendiri. Ibu Pertiwi hanya bisa menangis dan berdoa agar anak-anaknya kembali rukun dan berjuang bersama meraih kembali kebahagiaan yang sedang beranjak menjauhkan diri.

Disaat para putra-putri pertiwi terus berdebat, terus saling menghujat dan terus saling mengalahkan satu sama lain sehingga lupa menyiapkan kebutuhan keluarga hingga lupa akan nasib sang Ibu kandung, yang telah membesarkan dengan keringat dan air mata. Kita biarkan Ibu pertiwi yang terus merintah. Disisi lain harta dan kekayaan keluarga Ibu pertiwi dibuat pesta penjarahan oleh bangsa-bangsa lain, oleh keluarga-keluarga lain. Kita putra-putri pertiwi yang telah dibesarkan dan dipintarkan sibuk mengenyangkan perut dan saling bersikutan sesama saudara lupa bahwa harta kita telah banyak dibawa lari oleh orang lain.

Kita terus dibenturkan dengan konflik-konflik yang berujung permusuhan dan saling serang antar saudara sendiri, saudara sekandung yang dilahirkan Ibu pertiwi, mereka memanfaatkan untuk kepentingan mereka dan mengeruk sepuas-puasnya kekayaan negeri ini, harta dan kekayaan Ibu pertiwi.

"Kita adalah putra-putri Ibu pertiwi marilah kita rajut persaudaraan dan persatuan di tengah keberagaman, bersama-sama mewujudkan kebahagiaan Ibu pertiwi"

Sampai kapan kita buat Ibu pertiwi terus menangis dan bersedih ?

Cukup sudah !!!

Moh Nur Nawawi

Salah satu putra dari Ibu pertiwi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun