Keseruan mewarnai acara Kompasiana blogger gathering yang digagas oleh Kompasiana dan BKKBN pada Kamis, 20 Agustus 2015 kemarin.
Ya, acara yang dihadiri sekitar 60 Kompasianer Soloraya (atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komposono) di Solo Paragon Hotel & Residences itu semakin riuh karena kehadiran tamu penting dari BKKBN pusat, pemuka agama sekaligus psikolog dan juga hadirnya budayawan kondang Arswendo Atmowiloto.
Acara bertajuk “Kompasiana Nangkring di Solo bareng BKKBN” itu mengambil tema “Menanamkan revolusi mental dengan 8 fungsi Keluarga”.
[caption caption="Dok. Dimas Komposono"][/caption]
Dibuka oleh empat orang penari yang menarikan tarian tradisional sebagai sambutan selamat datang, kemudian pidato sambutan oleh kepala BKKBN Surya Chandra Surapati dan perwakilan dari pejabat Walikota.
Dalam salah satu sambutannya, kepala BKKBN memperkenalkan salam dua, tiga dan lima jari ala BKKBN. Salam KB (dua jari) untuk dijawab dengan “Dua Anak Cukup”, Salam GenRe (tiga jari) dijawab dengan “Saatnya Yang Muda Yang Berencana” dan “Sehat, Cerdas, Ceria”, serta salam lima jari untuk menyerukan kata “MERDEKA!”.
Memasuki acara inti adalah diskusi ringan oleh pemuka agama sekaligus psikolog Soleh Amini Yahman, perwakilan BKKBN dr. Abidin Syah dan dr. Sudibyo Alimoeso serta budayawan Arswendo Atmowiloto dengan moderator dari Komposono Niken Satyawati.
Dalam diskusi ini, ditekankan tentang intoleransi krisis kepribadian bangsa. Untuk itu diperlukan pembangunan karakter bangsa yang mana hal ini juga pernah diserukan oleh presiden pertama RI yaitu Ir. Soekarno, bahwa bangsa ini harus mengubah cara pandang, sikap dan pikiran agar tidak dianggap sebagai “bangsa kuli” oleh negara lain.
Kemudian hal serupa juga digagas oleh presiden Jokowi, yaitu revolusi mental untuk mengubah mindset masyarakat agar lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman
BKKBN juga menekankan kembali bahwa fungsi dari BKKBN bukan hanya menyoal KB saja melainkan juga tentang kependudukan dan pembangunan kualitas keluarga. Dan keluarga adalah kunci utama dalam membangun karakter bangsa. Untuk itu, kita harus mengoptimalkan 8 fungsi keluarga, yaitu:
- Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
- Fungsi Perlindungan
- Fungsi Agama
- Fungsi Ekonomi
- Fungsi Reproduksi
- Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
- Fungsi Lingkungan
- Fungsi Sosial Budaya
Dengan mengoptimalkan 8 fungsi keluarga ini diharapkan kita bisa menyiapkan generasi emas pada 100 tahun Indonesia Merdeka, yaitu 30 tahun mendatang.