Kita mungkin saja sudah sering mendengar ungkapan: "Uang memang bukanlah segalanya, namun (hampir) segalanya membutuhkan uang."
Di satu sisi, kita tentu tidak boleh mendewakan uang. Tapi di sisi lain, kita juga tak bisa memungkiri bahwa uang pun memegang peranan penting. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, di mana hampir segala hal memerlukan uang. Mulai dari proses kelahiran, kehidupan hingga pemakaman pun membutuhkan uang demi kelancarannya.
Bahkan, tak jarang kita dengar tentang berbagai macam kasus yang berkaitan dengan uang. Hingga tak sedikit pula hubungan keluarga yang hancur berantakan karena uang. Tak ayal dewasa ini banyak orang yang memburu uang dan bercita-cita memiliki banyak uang demi mencapai kebebasan finansial. Tentu saja harapan tak akan sejalan dengan kenyataan kalau kita tidak berusaha mewujudkannya dengan benar.
Berbicara mengenai uang, beberapa tahun yang lalu, saya berkesempatan mengikuti sebuah kelas yang membahas mengenai pengelolaan keuangan. Bersama beberapa peserta, saya mendapatkan penjelasan tentang pentingnya merencanakan keuangan selagi muda untuk mempersiapkan masa depan yang tak selalu bisa kita duga. Dan alangkah baiknya jika kita tidak menunda.
Merencanakan keuangan terbagi dalam tiga tahap, yaitu jangka pendek, menengah hingga panjang. Untuk jangka pendek, kita bisa menggunakannya untuk kebutuhan harian hingga bulanan dengan memasukkannya ke dalam pos tabungan atau menggunakan sistem amplop. Sedangkan untuk jangka menengah hingga panjang, kita bisa menggunakan berbagai instrumen investasi, seperti deposito, reksadana, obligasi, hingga saham.
Salah satu jenis investasi yang cukup menarik bagi saya adalah reksadana. Tak seperti deposito, di mana kita harus menyimpan uang dengan nominal yang lumayan banyak (menurut saya) dan menunggu jatuh tempo yang telah ditentukan untuk bisa mencairkannya, reksadana ternyata bisa kita mulai dari nominal seratus ribu rupiah per bulannya. Nominal yang masih bisa disisihkan secara rutin bagi sebagian besar dari kita. Reksadana juga bisa menjadi solusi bagi kita yang tak ingin tabungannya tergerus inflasi secara terus menerus.
Saya pun mendapatkan penjelasan bahwa reksadana ini bisa diibaratkan kita membeli rujak buah. Kita tidak perlu membeli masing-masing satuan buah secara utuh, namun masih bisa merasakan berbagai macam buah dalam satu porsinya. Maka dalam reksadana, kita bisa memiliki berbagai macam saham dengan modal yang lebih ringan.
Reksadana juga bisa dijelaskan dengan mengibaratkan kita membeli emas. Bedanya, kita membeli emas dalam satuan gram, sedangkan reksadana dalam satuan unit. Jadi, nominal yang kita bayarkan akan dialokasikan untuk membeli unit reksadana. Harga unit ini pun sama dengan harga emas, bisa naik dan turun tergantung kondisi pasar saat itu. Harga inilah yang nantinya menentukan hasil investasi. Kita pun bisa menjual dan mencairkannya sewaktu-waktu tanpa harus menunggu jatuh tempo.
Selesai mengikuti kelas, kami pun mendapatkan penawaran untuk membuka akun reksadana. Dari berbagai macam pilihan yang ditawarkan, saya pun menjatuhkan pilihan pada salah satu produk reksadana syariah. Alasan saya cukup sederhana, agar lebih amanah. Jadi investasi saya bisa menjadi bersih, halal dan berkah.
Secara keseluruhan reksadana syariah ini sama dengan reksadana konvensional. Mulai dari cara pembukaan akun, laporan bulanan hingga proses pencairannya. Bedanya hanya pada alokasi dana investasinya. Reksadana syariah ini hanya diinvestasikan pada instrument syariah saja, sehingga relatif aman.