Mohon tunggu...
Nawa Sri
Nawa Sri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be Grateful to be ME...

Pembelajar, suka membaca dan sangat berminat untuk terus menulis. Tertarik dalam pengembangan diri, parenting, perencanaan keuangan serta gaya hidup sehat nan ramah lingkungan. https://nawasri.wordpress.com Email: ms.nawa@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bijak Menggunakan Listrik, untuk Kehidupan yang Lebih Baik

21 April 2016   23:32 Diperbarui: 22 April 2016   00:39 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gambar: http://www.tidyhouse.info"][/caption]Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh pesatnya perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat akan listrik pun semakin meningkat dari waktu ke waktu. Pernahkan terbersit dalam pikiran kita, berapa banyak listrik yang telah kita gunakan selama ini? Dan berapa banyak listrik lagi yang akan kita butuhkan di masa mendatang? Apakah kebutuhan tersebut akan selalu bisa terpenuhi?

Kehidupan masyarakat modern dan listrik seolah tak dapat dipisahkan. Ya, siapa yang dapat hidup tanpa listrik di masa modern seperti sekarang ini? Yang ada justru kita seringkali mengalami ketergantungan akan listrik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Listrik seolah telah menjadi kebutuhan pokok bagi kita. Ketika terjadi pemadaman listrik, kegiatan harian tak jarang menjadi terhenti dan pekerjaan menjadi terhambat.

Bagaimana tidak, hampir semua perangkat penunjang kegiatan sehari-hari kita menggunakan listrik. Ponsel yang selalu berada dalam genggaman kita memerlukan listrik untuk mengisi dayanya, air yang mengalir tak jarang menyedot daya listrik untuk menyalakan pompa airnya, udara panas bisa didinginkan menggunakan AC atau kipas angin, membersihkan rumah pun kini memerlukan listrik untuk menyalakan mesin penyedot debu. Selain itu, kita juga membutuhkan listrik untuk menyalakan televisi, kulkas, mesin cuci, bahkan banyak diantara kita yang menggunakan komputer, laptop, printer dan sebagainya.

Saya masih ingat ketika masih anak-anak dan tinggal bersama orang tua, almarhum bapak saya selalu mengingatkan untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan listrik. Jangan terlalu boros, katanya. Ketika saya meninggalkan televisi menyala tanpa ditonton, beliau pasti akan menegur. Begitu pula ketika saya lupa mematikan kipas angin ketika sudah tak lagi diperlukan, atau terlalu lama menyalakan setrika. Setiap malam, mendiang selalu tidur paling akhir sembari menuntaskan bacaannya, entah buku atau koran hari itu. Selain memastikan semua pintu telah terkunci, beliau juga mengecek seluruh perangkat listrik hingga mematikan lampu penerangan yang sudah tidak diperlukan dalam rumah sebelum beranjak tidur.

Kala itu, pemakaian listrik yang paling banyak digunakan memang hanya televisi, setrika, kipas angin dan lampu penerangan. Meski begitu, hampir semua perangkat listrik tersebut menyedot daya yang cukup besar. Biaya listrik pun juga dibebankan setelah pemakaian setiap bulannya (pascabayar). Setiap bulannya, akan ada petugas yang mencatat berapa meter daya yang telah kita gunakan sebagai acuan biaya rekening listrik yang harus kita bayar setelahnya.

Berbeda dengan sekarang, perangkat listrik memang sudah banyak yang berlabel “hemat energi”, namun jenisnya yang beragam dan banyaknya jumlah perangkat yang kita gunakan pun tak sedikit pula menyedot daya listrik. Ya, bisa dikatakan hampir seluruh kegiatan kita sehari-hari membutuhkan listrik. Bahkan kini, menanak nasi hingga memasak pun kini tak jarang menggunakan listrik. Meningkatnya kebutuhan akan listrik ini tentu membuat masyarakat mau tidak mau menaikkan pasokan daya listrik di tempat mereka masing-masing.

Dampaknya, seringkali kita dengar keluhan akan besarnya tagihan listrik. Adapula yang mengaku, pengeluaran bulanan sebagian besar habis untuk membayar kebutuhan akan listrik. Keresahan pun sempat terjadi tatkala ada pemadaman listrik bergilir. Biaya tagihan listrik meningkat tapi mengapa listrik sering padam? Apakah pasokan listrik benar-benar telah menipis hingga tak lagi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik?

Saat ini PLN sebagai perusahaan BUMN penyedia jasa listrik terus berupaya memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Memiliki lebih dari 61 juta pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia, PLN telah memiliki kapasitas pembangkit lebih dari 51.000 MW. Panjang jaringan transmisi lebih dari 41.000 kms, serta panjang distribusi tegangan menengah mencapai 351.000 kms dan panjang jaringan distribusi tegangan rendah mencapai 547.000 kms dengan ratio elektrifikasi mencapai 88%.

PLN pun terus meningkatkan kapasitas listrik yang kian bertambah hingga 700MW per tahun. Untuk itu PLN memerlukan pembangkit listrik berkapasitas besar dengan melakukan pembangunan pembangkit menggunakan berbagai sumber seperti: Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) serta tenaga listrik terbarukan yaitu: Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Tak hanya itu, PLN pun kini memberikan alternatif pembayaran dengan sistem prabayar alias pembayaran di muka. Sistem pembayaran ini juga dinamakan sistem Listrik Pintar, di mana pelanggan mengeluarkan uang terlebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Dengan Listrik Pintar ini, pelanggan bisa mengendalikan penggunaan listrik masing-masing sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

Seperti halnya voucher isi ulang pulsa pada penggunaan ponsel, pelanggan Listrik Pintar ini juga membeli voucher isi ulang listrik atau token yang terdiri dari 20 digit nomor yang bisa didapatkan melalui pembelian di penyedia jasa pembelian voucher listrik maupun melaui ATM. Kemudian, 20 digit nomor token tersebut dimasukkan (diinput) ke dalam kwh meter khusus yang disebut dengan Meter Prabayar (MPB) melalui keypad yang tersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun