Mohon tunggu...
Nawangwulan Sahda
Nawangwulan Sahda Mohon Tunggu... Lainnya - Sahda dwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Universitas Nasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Korean Wave

11 Agustus 2021   17:09 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:21 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Popularitas hiburan dan budaya Korea di Asia maupun di negara belahan dunia lain tengah mencapai puncaknya. Korea benar-benar menginvasi dunia dan memilih generasi muda sebagai pengikutnya.
Korea yang dimaksud tentu saja Korea Selatan. Gelombang besar ini sangat memengaruhi gaya hidup anak muda, termasuk di Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir, Korea tidak hanya dikenal sebagai penghasil barang elektronik, tapi juga produsen industri kreatif kelas dunia.
 Hallyu atau Gelombang Korea merupakan istilah yang merujuk pada popularitas hiburan dan budaya Korea di negara-negara lain. Hallyu mencakup berbagai aspek yakni musik, drama televisi, film, makanan, literatur, kosmetik, dan bahasa.
Di masa sekarang, K-Pop terus menarik banyak penggemar dari seluruh dunia. Sejak pertama kali hadir di pasar global pada pertengahan tahun 2000-an, K-Pop telah menarik banyak penggemar dari Asia Tenggara dan terus menyebar ke Eropa, Amerika Serikat dan Amerika Selatan.
Kesuksesan K-Pop didahului oleh meroketnya grup idol. Grup idol Korea mampu menyebarkan demam K-Pop ke seluruh dunia. Ketenaran para penyanyi K-Pop diraih berkat kualitas vokal yang bagus, penampilan panggung yang memukau, dan koreografi tari yang menarik.
Selain K-Pop, K-Drama atau yang juga dikenal sebagai Drakor (Drama Korea) menjadi ujung tombak dalam kesuksesan industri kreatif mereka di dunia. Bukan rahasia lagi bahwa menonton K-Drama akan membuat Anda ketagihan. Reputasi aktor dan aktris Korea dalam seni peran pun tak perlu diragukan lagi.
K-Drama awalnya mampu sukses besar saat ditayangkan di Tiongkok dan Jepang lewat judul "What is Love?" (MBC) dan "Winter Sonata" (KBS). Momen itu mendorong minat dari negara-negara Asia lainnya dan di luar Asia untuk menonton K-Drama. Skenario dan karakteristik K-Drama mampu diterima masyarakat negara-negara Asia. Kesuksesan besar drama-drama TV Korea terus berlanjut sampai sekarang.
Seperti halnya K-Drama, film-film Korea pun juga mampu mencuri perhatian dunia. Komunitas perfilman internasional sudah lama menaruh minat besar pada film maupun para sutradara Korea.
Demam Korea yang melanda dunia tentu saja diiringi dengan berbagai keuntungan yang diperoleh Negeri Ginseng tersebut. Sebab, Korea sekarang dianggap sebagai negara yang mengekspor kebudayaan paling populer di dunia.
Segala hal yang berbau Korea menjadi daya tarik publik. Industri pariwisata ikut terdampak, karena orang dari negara lain berbondong-bondong datang untuk berlibur dan mempelajari kebudayaan Korea Selatan.
Sekarang, di Indonesia pun kita bisa dengan mudah melihat pengaruh budaya Korea. Tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat fakta nyaris di setiap kita juga memiliki seseorang yang menggemari hal-hal berbau Korea, atau malah kita sendiri sudah terkena demam Korea.
"Drakor mampu menggabungkan bahagia, sedih, emosi, jatuh cinta, patah hati, itu diaduk-aduk betul. Bagi penyuka tayangan penuh emosi, otomatis akan langsung terikat. Jadi, ada ikatan emosi dengan karakter, dan Korea pintar mengemas hal-hal tersebut."
Daya tarik terhadap budaya Korea, juga jadi faktor remaja Indonesia menggilai Drakor.
"Kita senang mengetahui budaya yang berbeda, sehingga orang tertarik lihat kotanya, budayanya. Makanya, kalau saja sinteron kita berbasis budaya, menjual kekayaan budaya dan keindahan lokasi, itu lebih baik. Tidak sekadar mengadaptasi drama dari luar."
"Unsur fashion juga menarik perhatian remaja. Berapa banyak anak-anak muda yang mengikuti busana artis di Drakor. Apa pernah lihat baju lecek di Drakor? Tidak ada. Mereka fashionable sekali dan itu indah di pandangan mata."
Korea Selatan boleh jadi merupakan satu-satunya negara yang memiliki kementerian dengan fokus utamanya mengurusi industri hiburan dan kreatif di negara tersebut. Hal itu karena industri kreatif jadi sektor yang berpengaruh besar untuk ekonomi negara sehingga perlu perhatian khusus.
Industri kreatif memang sedari awal menjadi salah satu proyek besar dari pemerintah Korea. Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST) memegang peranan penting kesuksesan Korean Wave saat ini.
Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan membawahi tiga lembaga yakni KOCCA (Korea Creative Content Agency), KOFICE (Korea Foundation for International Cultural Exchange), dan KTO (Korean Tourism Organization). Tiga lembaga ini bertanggung jawab menyebarkan Hallyu ke luar negeri.
KOCCA merupakan wadah industri kreatif Korea Selatan yang memegang peranan dari mulai musik, fashion, penyiaran, gim sampai animasi. KOFICE sebagai lembaga yang bertugas memperkenalkan budaya dan Korea Selatan ke dunia internasional. Sementara KTO adalah organisasi yang berkaitan dengan potensi negara meraup devisa dari popularitas Hallyu di luar negeri.
Sebagai bukti pemerintah Korea Selatan memiliki peranan penting dalam Hallyu yaitu, biasanya terdapat lambang Kementerian Kebudayaan Korea, yang muncul di kredit akhir tayangan drama atau film Korea.
Menurut wanita yang biasa disapa Ana itu, industri kreatif Korea Selatan sejak awal dibangun untuk kebutuhan promosi negara tersebut. Korea Selatan mampu menjadikan industri kreatif sebagai produk budaya dan sumber pemasukan negara. Lalu, aspek ekonomi lain seperti pariwisata, kuliner, dan merchandise ikut terkatrol.
Drama dan film Korea sudah seringkali mewarnai siaran televisi berbagai negara di belahan dunia. Demikian pula musik K-Pop, yang telah dikonsumsi ratusan juta orang dari berbagai macam platform. Kuliner, fashion, dan kosmetik asal Korea juga diekspor ke banyak negara.
Wanita yang juga berprofesi sebagai pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Korea Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini, faktor drama maupun film Korea sangat diminati dan diterima di berbagai negara adalah karena tampil beda dan total. Pilihan tema begitu banyak dan tidak hanya perkara air mata dan cinta.
"Korea menawarkan drama fantasi menarik. Lalu, ada juga kisah nyata yang diangkat ke dalam layar drakor. Industri drama Korea sanggup beradaptasi dan mengolah klise. Drama Korea juga mengikuti perkembangan terbaru yang diinginkan penonton," beber Ana.
Selain itu, aturan sensor juga dihapus, sehingga membuat kreativitas pelaku industri drama televisi dan film Korea lebih bebas berekspresi. Kualitas produksi mereka pun cukup unggul sehingga mampu bersaing secara global.
Korea Selatan juga didukung oleh insfrastruktur teknologi yang dibangun pemerintah mereka dengan berinvestasi besar pada perkembangan internet. Dari laporan CNET pada September 2020, Korea Selatan merupakan rumah bagi internet tercepat di dunia. Penyedia internet negara itu meluncurkan internet dengan kecepatan 2,5 gigabit per detik. Ini faktor yang sangat penting dalam industri kreatif yang mereka usung.
Rasanya tidak akan terkejut ketika mengetahui bahwa puncak popularitas Hallyu atau Korean Wave sudah direncanakan melalui strategi yang pemerintah Korea Selatan sejak awal. Harus diakui, Korea Selatan pandai dalam membaca pasar global.
Riset yang dilakukan juga tidak main-main agar program Hallyu mampu menarik minat masyarakat dunia. Sistem produksi dan strategi pemasaran negara dengan populasi sekitar 51,71 juta jiwa ini mampu memberi kesan positif, baik di dalam maupun di luar negeri.
Penyebaran Hallyu begitu masif, salah satunya karena dibantu peran media sosial. Demikian pula dengan media massa yang lebih dulu giat mempromosikan budaya tersebut.
Korea Selatan memperluas jaringan untuk memperkenalkan kebudayaannya sehingga masyarakat dunia kian akrab dan lambat laun akan terpengaruh sampai menerimanya dengan nyaman. Dampak Hallyu amat nyata bagi citra Korea Selatan di mata dunia.
Indonesia salah satu negara yang masyarakatnya banyak menggemari berbagai hal berbau Korea. Psikolog Universitas Indonesia, Oktina Burlianti, menyebut bahwa penggemar K-Pop di tanah air kebanyakan masih remaja.
Bahkan, penggemar K-Pop di Indonesia juga dikenal sangat fanatik terhadap idolanya. Oktina mengetahui bahwa di kalangan fans K-Pop mengembangkan metode yang sangat bernuansa dunia digital seperti role-playing, di mana para fans membuat kelompok untuk bersama-sama memerankan diri mereka sebagai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun