Aceh, sebagai daerah yang dikenal dengan penerapan syariat Islam, memiliki tradisi panjang dalam menjunjung nilai-nilai agama sebagai panduan dalam kehidupan sosial dan politik. Pemilihan pemimpin adalah momen penting dalam sebuah bangsa, yang menentukan arah dan kemajuan suatu negara.
Untuk memastikan pemimpin yang dipilih dapat membawa perubahan positif. Rekam jejak kemalikussalehan menjadi landasan dalam proses pemilihan pemimpin  yang memiliki aspek moral, agama, dan sosial.
Seperti  yang kita ketahui Sultan Malik As-Shaleh memiliki lima pilar dikehidupannya, dengan piar-pilar tersebut menjadikan Malik As-Shaleh sebagai sosok pemimpin yang di kagumi dan di cintai oleh rakyatnya. Kesuksesan Sultan Malik As-Shaleh menjadikan Aceh sebagai negara yang maju dan kuat di masanya. Kerajaan Samudra Pasai memiliki mata uang sendiri, dengan ini menjadikan butkti bahwa Kerajaan Samudra Pasai sangat maju di masanya.
Aceh memiliki hak Istimewa yang diberikan oleh negara, salah satunya adalah hak dalam memilih pemimpin. Salah satu syarat untuk menjadi pemimpin di Aceh adalah beragama Islam, taat menjalankan syari'at Islam dan mampu membaca AlQur'an dengan baik. Integritas seorang pemimpin di Aceh tidak dapat dipisahkan dari kesalehan pribadi yang mencakup moralitas, agama, dan tanggung jawab sosial yang berpihak pada kemaslahatan masyarakat.
Dalam konteks Aceh yang memiliki sistem pemerintahan dengan pengaruh syariat Islam yang cukup kuat, rekam jejak kemalikussalehan menjadi lebih relevan. Seorang pemimpin yang memiliki kesalehan pribadi, yang tidak hanya tampak di ruang ibadah tetapi juga tercermin dalam tindakan dan kebijakan publik, menjadi tolok ukur bagi masyarakat dalam menilai integritasnya.Â
Oleh karena itu, proses pemilihan pemimpin di Aceh harus lebih mengedepankan faktor moralitas dan etika dalam segala aspek kehidupannya, baik sebagai individu, pemimpin, maupun pengayom masyarakat.
Rekam jejak kemalikussalehan bukan hanya sekadar simbolik atau pengakuan keagamaan semata, melainkan juga harus terlihat dalam perilaku konkret seorang pemimpin. Pemimpin yang saleh adalah mereka yang mampu memimpin dengan keadilan, menjaga amanah dengan sebaik-baiknya, dan tidak tergoda oleh kekuasaan yang dapat merugikan rakyat. Di Aceh, di mana masyarakat sangat menghormati nilai-nilai agama, pemimpin yang memiliki rekam jejak kemalikussalehan akan lebih mudah diterima dan dipercaya oleh rakyat.
Selain itu, rekam jejak kemalikussalehan juga mencakup kemampuan untuk mengelola konflik, menjaga keharmonisan sosial, dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Aceh, terutama dalam hal ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Seorang pemimpin yang saleh harus bisa menunjukkan sikap arif dalam mengelola perbedaan, memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, serta menanggulangi korupsi yang sering kali menjadi masalah besar dalam pemerintahan.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa kesalehan bukanlah sesuatu yang dapat dilihat hanya dari penampilan luar. Rekam jejak kemalikussalehan harus dievaluasi dengan cermat melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pemimpin yang benar-benar berintegritas akan menunjukkan kesalehan dalam setiap keputusan yang diambil, tanpa mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H