Mohon tunggu...
Nawal Kamil
Nawal Kamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu komunikasi yang mempunyai minat terhadap digital dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melampaui Badai

6 Mei 2024   00:01 Diperbarui: 6 Mei 2024   00:59 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu langit terasa begitu kelabu bagi Jensen. Dia adalah seorang anak laki-laki tunggal yang selalu ceria, tetapi hari ini adalah hari yang berbeda. Ketegangan di rumahnya terasa begitu kuat, seperti angin badai yang siap memporak-porandakan segalanya.

Jensen duduk di pojok kamar dengan mata yang berkaca-kaca. Suaranya tercekat oleh isak tangis yang tak kunjung mereda. Dia bisa mendengar suara orang tuanya yang bergema melalui dinding tipis kamar. Hatinya hancur ketika dia menyadari bahwa mereka bertengkar hebat.

"Bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku, John?!" teriak ibunya dengan suara yang penuh keputusasaan.

"Maafkan aku, Maria. Aku tidak bermaksud melukaimu," jawab suara ayahnya, terdengar lemah dan terguncang.

"Dia adalah wanita lain, bukan? Aku bisa mendengarnya dari obrolanmu tadi pagi. Bagaimana kamu bisa melakukan ini padaku? Padahal, kami memiliki Jensen," ujar ibunya dengan suara yang gemetar.

Jensen menutup telinganya, berharap suara itu akan hilang begitu saja. Tetapi kata-kata itu membeku di udara, menghantam hatinya dengan kejam. Dia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.

Dalam keheningan yang menyedihkan, Jensen mencoba merenung. Apakah ini akhir dari keluarganya? Apakah orang tuanya akan berpisah? Pikirannya dipenuhi dengan ketakutan akan masa depan yang tak pasti.

Beberapa saat kemudian, Jensen mendengar langkah kaki lembut mendekat ke arah kamarnya. Pintu terbuka perlahan, dan dia melihat ibunya masuk dengan langkah gemetar. Matanya berkaca-kaca saat melihat Jensen duduk di pojok kamar.

"Jensen, sayang...," ibunya memulai dengan suara lembut.

Jensen menundukkan kepala, tidak sanggup menatap ibunya. Namun, pelukan hangat ibunya membuatnya merasa sedikit lebih baik.

"Kita akan melewati ini bersama, sayang. Apapun yang terjadi, kamu harus percaya bahwa kita akan selalu ada untukmu," bisik ibunya sambil memeluk Jensen erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun