Bahasa Indonesia memang kaya, namun juga menyimpan beberapa jebakan yang membuat banyak orang tergelincir. Salah satunya adalah penggunaan kata "di" yang sering kali membingungkan. Kapan harus digabung, kapan harus dipisah? Mari kita bedah bersama!
1. "di" sebagai Kata Depan (Preposisi):
- Fungsi: Menunjukkan tempat, waktu, atau posisi.
- Penulisan: Selalu ditulis terpisah dari kata setelahnya.
- Contoh:
- Kursi itu ada di atas meja.
- Saya lahir di Surabaya.
- Kami bertemu di hari Rabu.
- Tips: Jika "di" bisa diganti dengan "dari", maka itu adalah kata depan. Contoh: "Pulang dari sekolah" (dari = di).
2. "di" sebagai Imbuhan (Awalan):
- Fungsi: Membentuk kata kerja pasif (bentuk yang dikenai tindakan).
- Penulisan: Selalu ditulis menyatu dengan kata setelahnya.
- Contoh:
- Makanan itu dimasak oleh pembantu.
- Pintu dibuka oleh satpam.
- Tugas itu diselesaikan oleh teman saya.
- Tips: Jika kalimat bisa diubah menjadi bentuk aktif dengan menambahkan "me-" pada kata kerja, maka "di" adalah imbuhan. Contoh: "Saya menyelesaikan tugas itu" (menyelesaikan = di).
3. Kasus Khusus "diper-":
- Awalan "diper-" juga menunjukkan bentuk pasif, namun diikuti oleh kata kerja yang diawali huruf "r".
- Contoh:
- Surat itu diperbaiki oleh guru saya.
- Masalah itu dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi.
Memahami perbedaan antara kata depan dan imbuhan "di" adalah kunci untuk menulis dengan benar dan menghindari kesalahan yang memalukan. Dengan panduan ini, semoga Anda semakin percaya diri dalam menggunakan kata "di". Mari bersama-sama menjaga keindahan bahasa Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H