Mohon tunggu...
Nawa
Nawa Mohon Tunggu... Lainnya - belajar dan berbagi ilmu

berbagi ilmu merupakan sedekah yang paling utama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Milenial Menjadi Santri

13 Mei 2020   23:23 Diperbarui: 14 Mei 2020   13:58 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, ketika saya belum mesantren, saya pernah berpikir bahwa hidup itu hanya untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Akan tetapi justru sebaliknya, apa yang saya alami dalam kehidupan sehari-hari tidak seperti apa yang saya bayangkan (senang terus) bergelimpangan harta. Aku melihat semua fenomena didepan mata. Karena aku sendiri terlahir di kota metropolitan tepatnya di Jakarta.

Aku terlahir dari keluarga kaya, ayahku adalah seorang saudagar konglomerat perusahaan multi internasional. Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat suasana kehidupan orang Jakarta yang serba warna-warni cenderung hedonis. Selain materi yang selalu diburu, kehidupan orang di Jakarta tidak mengenal lelah dalam bekerja. Umumnya, mereka hanya cenderung berorentasi ke masa depan duniawi saja, itu menurut pendapatku.

Di sisi lain, saya pun merasa gelisah dan kering dalam jiwaku ini yang jauh dari ajaran agama Islam. Dari kegelisahan ku ini aku memutuskan untuk mencari lembaga pendidikan Islam dengan akses internet, ketemulah situs @almuntadhor.site setelah saya dapatkan info tentang @almuntadhor.site, saya tertarik dan penasaran yang katakanlah lembaga pendidikan pesantren itu mempunyai karakter dan khas tersendiri. Selain mempelajari ilmu agama di pesantren Al-Muntadhor, kita juga mempelajari Akhlaqul Karimah yang demikian itu secara tidak langsung sedang membangun karakter bangsa yang beradab.

Setelah saya menginjak usia 14 tahun, pada waktu itu saya masih duduk di bangku kelas tiga SMP dan menjelang kelulusan, saya minta izin ke orang tua agar saya melanjutkan di pendidikan pesantren dan akhirnya saya diberi izin dan orang tua saya pun penasaran dengan lembaga pesantren, karena orang tua ku selalu menyuruh anaknya di sekolah go internasional.

Setelah saya memasuki kawasan lingkungan pondok pesantren Babakan, jiwa ini terasa amat damai dan tenang. Dengan melihat gaya berpakaian anak santri laki-laki yang selalu bersarung dan berkopiyah, saya pun tertawa terus karena melihat model pakaiannya unik yang menurutku culun dan lucu akan tetapi jiwa ku ini menjadi damai dan gembira. Setelah itu, saya mendaftarkan diri menjadi santri di Perguruan Islam Pesantren Al-Muntadhor yang dipimpin oleh KH. M. Burhanuddin Halim Dan setelah mendaftar, saya diajak Gus Nawa untuk melihat dan mengenal pondok. Setelah itu, saya minta pendapat dari Gus Nawa, bahwa orang mondok itu nanti bagaimana? Jawab Gus Nawa; “kalau sudah jadi santri, kamu harus konsentrasi mengaji dan belajar, taat pada aturan pondok dan sekolah. Tinggalkan keinginan-keinginan seperti makan yang serba enak-enak yang berlebihan, pengen punya Handphone (HP), jalan-jalan ke kota atau Mall kalau tidak ad keperluan penting. Karena hal itu, kamu tidak akan cinta belajar (mengaji) kalo menuruti hawa nafsu. Jika kamu sudah sukses dan berilmu, Insya Allah dunia dan keinginan kamu akan datang dengan sendirinya bahkan kamu bisa keliling dunia dengan ilmu kamu, dengan syarat kamu kuat dari berbagai ujian dan godaan yang amat berat”, ungkap Gus Nawa.

Secara tidak langsung memang santri yang mondok itu sedang membangun karakter bangsa selain tolabul Ilmi. Dengan belajar di pondok pesantren kita bisa punya saudara yang banyak dan selalu ada kebersamaan. Kita belajar prihatin, sabar, dan ikhlas.

Di waktu lain, ketika saya melihat kamar mandi, saya heran, kok mandinya bersamaan. Yang lebih membuat saya tertawa, ketika para santri pada mandi, kok mereka tidak malu saling melihat ketelanjanganya! “Waw kereeeeeen hehehehehehehe”

Setelah sudah setahun lamanya saya belajar di pondok pesantren Al-Muntadhor ini, saya mulai ada perubahan, baik dari segi tingkah laku dan pastinya saya mendapat ilmu pengetahuan agama. Hingga sekarang sudah 4 tahun lamanya tinggal di pondok tercinta ini dan Alhamdulillah saya dapat tawaran beabeasiswa fulbright ke Eropa dan beasiswa santri dari kemenag untuk studi Middle East Technical University di Ankara Turki. Saya tinggal pilih. 

Alhamdulillah dengna belajar di pondok pesantren kita itu dinasehati bahwa kita mencari ilmu bukan mencari prestasi, tapi diniatkan ibadah karena Lillahi Ta'ala untuk mendapatkan Ridho Allah sehingga mendapatkan barokahnya Ilmu. Insya Allah manfaat dunia akhirat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun