Mohon tunggu...
machrus muafi
machrus muafi Mohon Tunggu... -

Navyk (baca: nafi’) berasal dari bahasa arab Nafi’ yang artinya bermanfaat. Saya lebih suka dipanggil dengan nick name itu daripada nama panjang saya, Machrus Muafi. Almarhum Ibu saya yang menamai saya, beliau juga yang menciptakan nama panggilan itu. Saya ingat betul tulisan tangannya di sebuah album foto lawas kami. Suka menulis dan melepasliarkan ide. http://navyk.web.id http://blog.navyk.web.id http://rekamjakarta.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbicara dengan hati. Infotainment, Behind The Scene.

24 Juli 2010   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat skipping acara televisi siang tadi, selintas saya melihat Fanny Rose di acara Silet. Suaranya yang keras dan khas "...dikupas setajam silet." mengingatkan saya  pada acara Mata Najwa Rabu malam lalu. Perempuan yang bertahun-tahun membawakan acara infotainment itu, dengan barapi-api membela apa yang ia dan pekerja infotainment lakukan.

Perempuan yang sesekali membalas pesan di dengan smartphone saat diwawancarai Najwa itu, mengatakan bahwa infotainment ada karena dibutuhkan masyarakat. Dia merasa benar.  Pun Ilham bintang, bos Infotainment yang diwawancarai sebelumnya.

Namun fakta berkata lain. Infotainment sampai tengah tahun 2010 ini mencatat rekor sebagai program televisi yang paling banyak diprotes masyarakat. Hampir sepertiga (32,18 persen) dari total pengaduan masyarakat ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah pengaduan kepada tayangan infotainment. Jumlah tersebut mencakup sekitar 200 dari total 637 pengaduan hingga bulan Juni 2010. (Kompas, 22 Juli)

Coba intip arsip aduan di situs Komisi Penyiaran ndonesia (kpi.go.id). Banyak orang yang memprotes infotainment, bahkan dalam bahasa yang tidak santun. Marah sepertinya. Jika menganut azas Vox Populi Vox Dei, Suara Rakyat Suara Tuhan, sepertinya Tuhan juga marah ke infotainment.

Tapi enggak enak juga melibatkan Tuhan ke urusan yang tidak penting ini. Toh Dia sudah mengingatkan lewat Kanjeng Nabi Muhammad, bahwa bergunjing itu dilarang. Lebih keras lagi, bergunjing itu disamakan dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Mengutip guru saya, bergunjing itu merusak. Nah Lo.

Saya pernah di posisi mereka, pekerja infotainment, saat dikejar-kejar editor untuk wawancara yang bagi saya tidak penting. Pertama kali ke Jakarta saya bergabung dengan sebuah tabloid hiburan. Tugas utama saya adalah merawat halaman teknologi,mengupas gadget dan teknologi terbaru. Wawancara dengan pesohor tentang aktivitas teknologi informasi mereka. Mereka dengan senang hati berbagi ilmu tentang teknologi.

Namun jika sudah setor tulisan untuk halaman saya. Saya akan ditugasi untuk bergabung dengan tim Hot News. Tim

ini yang akan mengulik isu hangat pesohor. Jatahnya halaman depan. Momen-momen seperti ini saya akan bergabung dengan banyak pekerja infotainment. Saya banyak berteman dengan mereka, apalagi saat nongkrongin rumah pesohor yang diincar.

Saya dan beberapa teman lain merasa apa yang kami lakukan itu tidak penting dan annoying. Misal aja pertanyaan "Apakah ada orang ketiga dalam keretakan hubungan kalian?" "Gimana si A, kalian pacaran ya?" Hati saya tidak nyaman. Saya yakin banyak dari mereka yang juga tidak enak.

Saya beruntung bisa menanggalkan rasa tidak nyaman itu. Saya mundur dari pekerjaan itu. Sebab melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati, sangat melelahkan.

Ini mungkin sedikit klise, sesuatu memang harus dikembalikan ke nurani. Cobalah berbicara dengan hati. Jadi ingat perkataan Kanjeng Nabi lagi "Mintalah fatwa kepada hatimu.Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwamu padanya,dan ketenteraman itu dalam hatimu."  Saya tenang sekarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun