Masa kehamilan adalah masa penuh keajaiban dalam kehidupan perempuan. Bagaimana tidak? Sebuah pertemuan dua sel tak kasat mata, sel sperma dan sel telur, ternyata dapat menghasilkan satu individu yang demikian rumit dan kompleks!
Namun, mengandung bukanlah situasi yang gampang, nyaman dan tenteram. Beberapa perempuan mengalami rasa mual yang hebat pada trimester pertamanya. Perempuan lain mengalami kaki yang membengkak di trimester akhir kehamilannya. Tak sedikit mengeluh sulit bernafas dan mengalami insomnia. Bukankah itu penderitaan namanya?
Ah… kenapa perempuan harus hamil selama 9 bulan? Mengapa perempuan harus menjalani semua proses yang tidak mengenakkan itu? Mengapa bayi-bayi itu tidak begitu saja turun dari langit? 1001 pertanyaan tentang misteri kehamilan bermunculan di benakku.
Namun, di balik seluruh penderitaan itu, aku Sang Maha Besar Tuhan YME telah menyiapkan rencanaNya yang terindah bagi semua perempuan yang mengandung serta bayi yang akan dilahirkan dari rahimnya.
Apa yang kurasakan selama mengandung? Pada trimester pertama, aku mengalami mual. Untunglah tidak sampai muntah-muntah, dan aku masih bisa bekerja seperti biasa di kantor. Anehnya, lidah ini seperti mencecap rasa besi di pangkalnya. Aku tidak bisa mencium bau masakan, apalagi tumisan bawang putih.. hueeek.. Aku jadi sering mengantuk. Aku pernah tidur di kantor dari jam 11 dan terbangun pukul 2! (Ssst! Jangan bilang-bilang boss-ku ya!). Pada saat itu, suasana hatiku sangat sensitif.
Memasuki trimester kedua, rasa mualku berangsur menghilang. Aku merasa kuat kembali, walau semakin nggak tahan pada cuaca yang panas. Nafsu makanku meningkat, dan senangnya, aku tidak terbeban untuk diet. Saat itu aku masih bisa berjalan kaki dengan mudah, bahkan masih bisa lompat pagar. Di trimester ini aku mulai merasakan gerakan bayi di dalam perut, seperti kedutan atau gelitikan kecil. Trimester kedua adalah masa paling menyenangkan dalam kehamilan dan aku merasa sangat excited!
Memasuki trimester ketiga, perutku semakin besar! Saat kepalaku menunduk, aku tidak bisa melihat kakiku sendiri. Yang kulihat cuma perut. Aku mulai merasa canggung saat berjalan. Kakiku mulai membengkak. Aku mulai susah tidur di malam hari.
Sementara itu, gerakan bayi di dalam rahim semakin kuat. Dan, aku semakin merasa kepanasan senantiasa. Ditambah lagi dengan susahnya aku bernapas! Suasana hatiku di trimester ketiga adalah melankolis-reflektif.
Di trimester ketiga, ketika aku mulai sulit bergerak ke sana kemari, aku mulai banyak merenung. Mengapa dalam sembilan bulan kehamilan terdiri dari tiga trimester? Mengapa tiap trimester terbagi rata masing-masing tiga bulan?
Terlepas dari teori-teori medis maupun sains tentang kehamilan, inilah interpretasiku : Segala sesuatu ada waktunya. Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah ketika saatnya tiba. Seorang ibu tidak bisa hamil dan melahirkan dalam semalam, karena ada proses-proses fisik dan mental yang harus disiapkannya. Proses-proses fisik dapat dijelaskan melalui teori perkembangan janin. Namun, seorang ibu tak hanya berproses secara fisik. Mentalnya pun disiapkan ketika ia mengandung selama sembilan bulan.
Di awal kehamilan atau di trimester pertama, seorang ibu disiapkan untuk menerima perubahan dalam hidupnya. Tidak semua ibu langsung siap lho, ketika menerima kenyataan bahwa dia hamil dan akan memiliki bayi. Contohnya aku J. Dengan angkuhnya aku mengatakan, meskipun aku hamil nanti, aku tetap akan bekerja dan mengadakan kunjungan lapangan!
Namun, kenyataannya berbeda sama sekali. Rasa mual yang kurasakan membuatku tidak nyaman bepergian. Semua proses yang kualami di trimester pertama membuatku cepat lelah. Mungkin inilah yang dimaksud ibuku, pada trimester pertama seluruh proses dalam tubuh 'berbalik'. Dari yang semula kuat, jadi lemah. Dari yang semula sangat mandiri, menjadi sangat tergantung.
Ada banyak perubahan yang kualami, terutama perubahan paradigma. Dulu aku adalah orang yang sombong. Aku merasa diri kuat, sehat, dan bisa melakukan apa saja. Aku sering meremehkan orang yang lemah dan sakit-sakitan. Ketika aku bernapas dengan terengah-engah dalam kehamilanku, aku jadi lebih mampu memahami perasaan mereka yang kuremehkan itu.
Bayi yang nantinya akan kulahirkan, juga lemah. Ia rentan penyakit. Ia belum bisa mengungkapkan perasaannya saat sakit dan lapar. Ia hanya bisa menangis untuk meminta perhatian ibunya. Oleh karena itu, selama sembilan bulan mengandung, perasaan seorang ibu disiapkan untuk berempati terhadap bayi yang dilahirkannya. Insting seorang ibu disadarkan bahwa ada makhluk lemah yang akan bergantung padanya. So, memiliki bayi ternyata tidak hanya untuk asyik-asyikan atau lucu-lucuan aja lho.
Dulu aku tidak peduli dengan tubuh dan kesehatanku. Aku sering jajan di sembarang tempat, begadang hingga larut malam, dan kopi menjadi teman setiaku sepanjang waktu. Ketika hamil, aku disentakkan dengan kenyataan, bahwa ada kehidupan kecil di dalam diriku. Hati kecilku berteriak ketika menyantap makanan instan yang mengandung MSG. Ah, kasihan si kecil di dalam sana, ia menderita karena racun yang kuserap dari bahan makanan mengandung zat kimia dan berpengawet.
Ya, ada kepedulian yang tumbuh seiring kehamilan ini. Tak hanya itu, di dalam diriku tumbuh perasaan cemas dan takut kehilangan. Kini aku lebih bisa memahami apa yang dirasakan orang tuaku ketika kami, anak-anaknya sakit. Padahal, dulu, aku adalah orang yang tidak peduli pada perasaan-perasaan cemas seperti itu.
Dulu aku tidak bisa duduk diam. Aku tidak bisa tekun terhadap sesuatu yang kukerjakan. Aku cepat bosan. Aku tidak sabaran. Rupanya, dalam sembilan bulan kehamilan itu, aku belajar untuk bersabar. Aku belajar bersabar menanti kehadiran bayiku selama sembilan bulan. Dan setelah si kecil lahir pun, aku kembali diajarkan kesabaran dalam mengasuh anak.
Ya, semua itu indah pada waktunya. Sembilan bulan. Tiga trimester. Tiga bulan untuk tiap trimester. Inilah momen penting perubahan seorang perempuan, yang menjelma menjadi seorang ibu. Martabat seorang ibu tidak diukur dari berapa anak yang ia lahirkan, tetapi dari kesiapan hati dan kasih sayangnya serta kesetiaan untuk menerima, mengasuh dan membesarkan buah hatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H