Mohon tunggu...
Navisha Maydhita Puteri
Navisha Maydhita Puteri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti - S1 Pariwisata 2021 KA

Currently, I'm an undergraduate student majoring in Tourism Management at the Insitute of Tourism Trisakti. I made this blog to accomplish my assignment.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Contoh Komunikasi Lintas Budaya dalam Kepariwisataan

17 Februari 2024   12:55 Diperbarui: 20 Juli 2024   09:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara empiris sebenarnya kita sudah sangat sering mengalami kasus-kasus lintas budaya dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dalam dunia pariwisata dan hospitalitas sudah pasti selalu menjalani dan menyelesaikan kasus-kasus lintas budaya. Tetapi secara ilmiah karena sudah menjadi hal biasa para praktisi pariwisata maupun kita sendiri di kehidupan kampus atau lainnya menganggap remeh dan mengesampingkan kasus-kasus lintas budaya tersebut. Hal tersebut sangat lumrah namun menjadi fatal ketika mempelajari pemahaman lintas budaya.

Untuk menajamkan pemahaman kita secara konseptual dan teoritis ada baiknya akan disajikan beberapa kasus-kasus lintas budaya khususnya dalam dunia kepariwisataan di bawah ini :

1. Sang Receptionist dan Tamunya
Dewi, telah bekerja sebagai resepsionois di sebuah hotel bintang lima selama tiga bulan. Setiap hari ia bertemu dengan tamu yang berbeda-beda dan berasal dari tempat yang berbeda-beda pula. Suatu hari ia diberitahu oleh manajer front desk bahwa James Forbes, seorang artis terkenal yang berasal dari Inggris akan menginap di hotel ini selama empat hari. Kebetulan Dewi adalah fans berat artis tersebut. Ia kelihatan sangat senang ketika tamu yang sangat dikaguminya itu tiba di hotel. Mereka berkenalan dan mengobrol dengan asyiknya, tentang berbagai hal. Pada obrolan berikutnya Dewi menyebut nama tamunya tersebut dengan James. Tetapi tiba-tiba, tanpa berkata apapun dan dengan wajah merah padam James Forbes pergi meninggalkan Dewi begitu saja. Tentu saja Dewi merasa sangat kaget dan bertanya-tanya, mengapa tamu yang sekaligus artis pujaannya tersebut yang semula begitu ramah dan bersahabat tiba-tiba berubah sikap tindakannya demikian drastic. Sampai waktunya check out James Forbes tidak pernah berbicara sepatah kata pun dengan Dewi (Kuesherdyna, 2013).

2. General Manager Hotel yang Terusik
Louise Reid seorang wanita Amerika, bekerja sebagai HR Manager di sebuah hotel di Amerika. Ia telah menandatangani kontrak untuk dipindahkan ke jenis hotel yang sama di Jepang sebagai General Manager. Ketika ia tiba di Jepang, ia merasa terkejut, karena menjumpai banyak hal berbeda dengan asal negaranya. Selain itu, semua teman barunya lancar berbicara dalam bahasa Inggris dan sangat ramah kepadanya. Tapi sayang sekali, ia merasa sangat kecewa karena beberapa teman barunya tersebut selalu menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. Lima bulan kemudian Louise Reid mengundurkan diri dari jabatannya dan dengan penuh percaya diri meninggalkan Jepang, kembali ke negaranya, Amerika (Kuesherdyna, 2013).

3. Hanya Menepuk Tangan
Seorang kolega dosen yang sedang menempuh studi di Eropa tepatnya Prancis merasa kebingungan dengan hal yang bagi dirinya sepele. Usai belajar di kelas, dengan maksud baik ingin menyapa ia menepuk tangan teman sekelasnya yang berasal dari Prancis. Apa yang terjadi? Ternyata teman Prancisnya itu merespon dengan sangat aneh menurut pandangan orang Indonesia. Ia hanya melihat dan menatap tajam tanpa respon kata-kata apa pun dan percaya atau tidak, kolega dosen dari Indonesia tersebut tidak pernah diajak berkomunikasi selama masa studinya di Prancis tanpa alasan yang jelas.

4. Jawaban yang Aneh
Ketika mendapat kesempatan melakukan penelitian di Sulawesi Selatan yang banyak didiami oleh suku bangsa Bugis, ada hal menarik yang dialami oleh seorang peneliti asal Bali tersebut. Pada suatu daya tarik wisata di wilayah perkampungan diperhatikan terdapat banyak kios-kios atau warung makanan dan minuman. Namun menurut pandangan peneliti ini ada keanehan dalam menata kios-kios makanan tersebut. Hampir semuanya berbentuk persegi (hal yang umum di mana pun), akan tetapi di bagian luar kios tidak ada tempat untuk duduk bagi orang yang akan berbelanja. Tempat duduk dan meja makan sederhana justru berada di dalam kios yang ukuran rata-rata seperti warung pada umumnya di Indonesia (tidak terlalu besar), cukup untuk 5--6 orang. Dibagian luar dipajang / disusun aneka makanan dan minuman cepat saji. Pertanyaan si peneliti mengapa tidak di bagian luar disediakan tempat duduk, karena secara logika, jika ada tempat duduk dan meja di luar akan memberikan view yang bagus dapat melihat pemandangan dan cukup ruang pula. Bertanyalah peneliti kepada pemiliki kios dan apa jawaban pemilik kios,"Biar bapak...cukup sudah kami begini...memang begini kalau disini sudah baik". Jawaban yang sangat aneh diperoleh bagi si peneliti asal Bali tersebut.

5. Eeem...ee...empeeeeetiii or Empty
Ketika baru diterima sebagai seorang pelayan di sebuah restoran India di Kuta, Agus Larva sangat seorang mahasiswa magang sangat senang hatinya. Selain memperoleh pengalaman ia yakin akan dapat melatih kemampuan berbahasa asing. Pada suatu ketika, Agus Larva melayani sepasang tamu setengah baya asal UK (Inggris Raya). Bersemangat Agus melayaninya dengan sangat sopan dan berhati-hati. Di sisi ini Agus memang tampil dengan cukup baik, mulai dari seragamnya, gesture tubuh dan cara ia menawarkan menu makanan.
Namun ternyata terjadi peristiwa yang tidak disangka. Saat wisatawan pria memesan Mutton Samossa (sejenis hidangan pastel ala India), ternyata makanan tersebut tidak tersedia karena stok daging kambing muda habis. Secara reflek Agus Larva menjawab,"I'm sorry Sir...one of the food that youorder...this one (sambil menunjuk menu) Mutton Samossa is eeem...ee...empeeeeetiii". Sambil memandang Agus, kedua wisawatan tersebut bertanya-tanya apa maksudnya. Mereka menjawab berbarengan,"pardon...pardon...". Sampai akhirnya kedua wisatawan tersebut tampak mengerti sambil tersenyum memaklumi apa yang disampaikan oleh Agus Larva.
Beberapa contoh kasus di atas tentu dapat dialami oleh siapa saja terutama yang berkecimpung dalam dunia pariwisata. Dalam hal ini diharapkan mahasiswa dapat mencocokkan konsep dan teori yang diperoleh di muka dan menghubungkan, memahami dan mampu menjelaskan contoh-contoh kasus lintas budaya di atas.


Sumber : "Modul Pembelajaran Mata Kuliah Pemahaman Lintas Budaya (I)", Fakultas Pariwisata, Univeristas Udayana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun