Di pagi yang basah oleh luka,
ada nama yang terucap tanpa jeda---
Rahayu, sebutir mantra yang tak pudar,
seuntai sumpah di bibir perempuan yang tak gentar.
Kami lahir dari rahim perlawanan,
dari tangan yang tak henti menggenggam nyala,
dari dada yang menyimpan badai,
dan kaki yang menjejak sejarah tanpa tunduk.
Kami adalah sunyi yang menjadi suara,
jerit yang enggan terpasung waktu,
doa yang mengalir di sungai ibu,
menyusuri batu-batu ketidakadilan,
menghapus debu penindasan yang diwariskan.
Rahayu bukan sekadar nama,
ia menjelma nyala di mata yang letih,
ia berdenyut dalam nadi yang berani,
ia adalah janji yang kami ikat di pergelangan tangan,
agar tak ada lagi tubuh yang ditundukkan,
tak ada lagi suara yang dibungkam. Dan tak ada lagi apresiasi yang tertunda karena patriaki.
Maka kami bersumpah di bawah langit ini,
di antara sisa-sisa rantai yang telah patah,
perempuan tak akan lagi menjadi bayang,
kami adalah cahaya---menyala, membakar, menerangi.
Salam Rahayu, Salam Perjuangan!,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI