Dari item yang krusial hingga yang paling tersier. Jika mereka menganggap item tersebut perlu untuk dimiliki, dengan mudah mereka melakukan transaksi baik secara online maupun offline. Â
Konsep tren ootd ini, telah banyak mencakup istilah yang mengarah pada sikap konsumerisme. Bahkan membuat gaya hidup konsumerisme jika individu terus melakukan tren ini terus menerus. Mulai dari budaya konsumtif, sikap fomo, hingga perilaku pengaburan use value dari pakaian atau item. Nilai guna dari item mode menjadi mudah naik turun tergantung tren seperti apa yang terjadi saat ini.Â
Misal pada saat ini, celana lama menjadi sesuatu barang yang jelek dan tidak bisa digunakan dalam tren lalu diganti dengan model celana terbaru yang diburu banyak orang. Selain itu, prioritas antara keinginan (wants) dibanding kebutuhan (needs) menjadi kabur. Pada masyarakat urban saat ini melihat penampakan lebih penting dari esensi.
Hal yang dapat diambil dari tren ootd yang sedang marak sekarang ialah tetap memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan yang terbilang hanya sesaat. Selain dapat menjadikan kita individu yang jauh dari kata konsumtif, kita dapat menjalani kehidupan dengan tenang tanpa takut dicap sebagai individu yang kudet (kurang update). Dan jika penilaian hanya berasal dari pakaian terbaru, belum tentu menjadi penilaian yang mutlak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H