Mohon tunggu...
Nauval Syahlevi
Nauval Syahlevi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalism student at Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Active in community radio (RDK FM) as a Marketing Communications Staff, and currently pursuing a new hobby, photography.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Sejarah, Ajaran, dan Kontroversi Aliran Islam Ahmadiyah

27 Desember 2023   21:57 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:46 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemunculan dan perkembangan sekte-sekte dalam agama Islam tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan ilmu kalam pada masanya, keberagaman aliran dalam Agama Islam juga telah disabdakan oleh Rasulullah SAW. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. jumlah penduduk muslim yang banyak juga mengakibatkan banyakya aliran-aliran yang muncul dan berkembang di Indonesia.

Beberapa aliran yang berkembang dan memiliki jumlah pengikut yang cukup banyak di Indonesia adalah aliran Ahmadiyah. Aliran Ahmadiyah mendapat banyak sorotan kebenarannya di beberapa kalangan ulama sunni indonesia. Mereka beranggapan bahwa ajaran dalam aliran Ahmadiyah bertentangan dengan al-Qur'an dan ajaran Rasulullah SAW.

Islam Ahmadiyah dimulai pada akhir abad ke-19 di Qadian, India, oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Mirza Ghulam Ahmad menyatakan dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan dalam agama-agama besar, termasuk Islam, dengan tujuan menyatukan umat Islam dan memperbaiki moralitas masyarakat.

Ajaran utama Islam Ahmadiyah mencakup keyakinan pada satu Tuhan (Allah) dan kenabian Muhammad. Namun, perbedaan kunci dengan mayoritas umat Islam terletak pada keyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Mesias yang dijanjikan dan nabi setelah Muhammad. Konsep ini menjadi sumber perselisihan dengan aliran Islam mayoritas.

Islam Ahmadiyah juga menekankan pentingnya toleransi, perdamaian, dan dialog antaragama. Mereka meyakini bahwa konflik dan perbedaan antarumat beragama dapat diatasi melalui pemahaman mendalam dan dialog terbuka.

Meskipun Islam Ahmadiyah mempromosikan prinsip perdamaian dan toleransi, gerakan ini menghadapi kontroversi, terutama dari umat Islam mayoritas. Beberapa negara, termasuk Pakistan dan Indonesia, menolak mengakui Islam Ahmadiyah sebagai cabang Islam yang sah dan bahkan memberlakukan larangan terhadap kegiatan mereka.

Penolakan utama berasal dari klaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi setelah Muhammad, suatu keyakinan yang bertentangan dengan keyakinan mayoritas umat Islam yang menganggap Muhammad sebagai nabi terakhir.

Meskipun dihadapkan pada penolakan dan diskriminasi di beberapa negara, komunitas Ahmadiyah terus berkembang secara global. Mereka aktif dalam kegiatan kemanusiaan, pendidikan, dan sosial di berbagai belahan dunia.

Islam Ahmadiyah, dengan sejarah dan prinsip-prinsip ajaran yang uniknya, terus menjadi subjek yang kontroversial di dunia Islam. Meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan dan penolakan, komunitas Ahmadiyah terus berupaya mengadvokasi perdamaian, toleransi, dan dialog antaragama sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas mereka. Pemahaman yang mendalam mengenai sejarah dan ajaran Islam Ahmadiyah menjadi suatu keharusan untuk menghargai keragaman dalam konteks keagamaan serta mempromosikan dialog yang bersifat membangun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun