Artikel ini membahas fenomena ujaran kebencian di media sosial yang terjadi di kalangan Generasi Z, kelompok usia yang sangat aktif dalam penggunaan platform digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk ujaran kebencian yang umum terjadi, serta dampaknya terhadap kesehatan mental dan interaksi sosial generasi ini. Melalui survei dan analisis konten, ditemukan bahwa Generasi Z sering terpapar pada berbagai bentuk ujaran kebencian, termasuk komentar negatif, bullying online, dan penyebaran informasi yang menyesatkan. Dampak dari pengalaman ini mencakup peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan terasing di kalangan individu yang menjadi sasaran. Selain itu, artikel ini juga mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran ujaran kebencian di kalangan Generasi Z, seperti anonimitas, tekanan sosial, dan pengaruh teman sebaya. Penelitian ini menyarankan perlunya pendidikan digital yang lebih baik dan kebijakan moderasi konten yang lebih ketat untuk mengurangi dampak negatif ujaran kebencian. Dengan demikian, artikel ini memberikan wawasan penting tentang tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z dalam menghadapi ujaran kebencian di media sosial dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman.
Abstract
This article examines the phenomenon of hate speech on social media among Generation Z, a demographic that is highly active in digital platform usage. The study aims to identify the common forms of hate speech encountered and its impact on the mental health and social interactions of this generation. Through surveys and content analysis, it was found that Generation Z is frequently exposed to various forms of hate speech, including negative comments, online bullying, and the dissemination of misleading information. The consequences of these experiences include increased levels of anxiety, depression, and feelings of alienation among targeted individuals. Additionally, the article explores the factors contributing to the spread of hate speech within Generation Z, such as anonymity, social pressure, and peer influence. The research suggests the need for improved digital literacy education and stricter content moderation policies to mitigate the negative effects of hate speech. Thus, this article provides important insights into the challenges faced by Generation Z in confronting hate speech on social media and the steps that can be taken to create a safer online environment.
Pendahuluan
Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi Generasi Z, yang merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet dan perangkat digital sejak usia dini. Menurut laporan Pew Research Center (2018), sekitar 95% remaja di Amerika Serikat memiliki akses ke smartphone, dan 45% dari mereka mengaku hampir selalu online. Meskipun media sosial menawarkan platform untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan membangun komunitas, ia juga menjadi sarana penyebaran ujaran kebencian yang semakin meluas. Ujaran kebencian, yang didefinisikan sebagai pernyataan yang menyerang atau merendahkan individu atau kelompok berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras, agama, gender, atau orientasi seksual, telah menjadi isu yang mendesak dan kompleks.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa media sosial berfungsi sebagai katalisator bagi penyebaran ujaran kebencian. Klein et al. (2020) menemukan bahwa anonimitas yang ditawarkan oleh platform-platform ini sering kali mendorong individu untuk mengekspresikan pandangan ekstrem tanpa takut akan konsekuensi. Selain itu, sifat viral dari konten di media sosial memungkinkan pesan kebencian untuk menyebar dengan cepat, menjangkau audiens yang lebih luas dalam waktu singkat. Smith dan Duggan (2013) mencatat bahwa 40% pengguna media sosial pernah mengalami atau menyaksikan perilaku bullying atau ujaran kebencian di platform tersebut.
Generasi Z, yang dikenal dengan kesadaran sosial dan keterlibatan politik yang tinggi, tidak kebal terhadap dampak negatif dari ujaran kebencian. Studi oleh Pew Research Center (2017) menunjukkan bahwa remaja yang terpapar ujaran kebencian di media sosial melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak mengalami hal tersebut. Selain itu, pengalaman menjadi sasaran ujaran kebencian dapat mengakibatkan perasaan terasing, penurunan harga diri, dan dampak jangka panjang pada kesehatan mental.
Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk memahami dinamika ujaran kebencian di media sosial, masih terdapat kekurangan dalam literatur yang secara khusus meneliti dampak dan pengalaman Generasi Z. Penelitian yang ada sering kali bersifat umum dan tidak mendalami konteks spesifik yang dihadapi oleh generasi ini. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan menganalisis bentuk-bentuk ujaran kebencian yang umum terjadi di kalangan Generasi Z, serta dampaknya terhadap kesehatan mental dan interaksi sosial mereka. Dengan menggunakan metode survei dan analisis konten, penelitian ini akan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z dalam menghadapi ujaran kebencian di media sosial. Diharapkan, temuan dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi yang berguna untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan inklusif bagi generasi muda.
Metode
A.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang fenomena ujaran kebencian di media sosial, khususnya di kalangan Generasi Z.