Pembangunan hotel di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Komodo adalah
contoh nyata dari kapitalisme yang merugikan yang mengutamakan keuntungan pribadi
daripada keadilan sosial dan pelestarian lingkungan. Saya, Nauval Gerald Al Kautsar mahasiswa Universitas Airlangga,
menentang praktik ini karena tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mengabaikan
tanggung jawab moral dan etika untuk pembangunan berkelanjutan. Salah satu contoh
eksploitasi lingkungan yang dikemas dalam bentuk "pengembangan pariwisata" adalah
pembangunan hotel di kawasan konservasi. Namun, siapa yang benar-benar mendapatkan
keuntungan dari itu? Investor besar yang menghasilkan keuntungan dengan merusak
ekosistem dan merebut hak masyarakat adat bukanlah masyarakat lokal yang biasanya hanya
menjadi buruh murah. Ini adalah pengkolonialan modern yang menghancurkan akar budaya
dan keseimbangan alam, bukannya pengembangan.
Taman Nasional Komodo adalah contoh wilayah konservasi yang melindungi
keanekaragaman hayati. Pembangunan hotel di daerah ini melanggar prinsip pelestarian
lingkungan secara langsung. Komodo, satwa ikonik yang sekarang harus berbagi ruang
dengan beton dan mesin konstruksi, menghadapi ancaman nyata dari gangguan habitat,
limbah, dan polusi suara. Ironisnya, kerusakan ini seringkali tidak dapat diperbaiki,
meninggalkan rusak untuk generasi berikutnya. Pembangunan hotel sering mengambil lahan
masyarakat adat dengan alasan pembangunan "untuk kepentingan bersama". Padahal, jauh
sebelum investor datang dengan proposal megahnya, masyarakat adat telah hidup selaras
dengan alam. Identitas mereka dan keberlangsungan hidup mereka juga hilang saat tanah
mereka dirampas. Praktek ini dilegalkan melalui sistem yang tidak adil terhadap kepentingan
modal. Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh pemerintah adalah bahwa
pembangunan ini akan meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan lapangan kerja
baru. Bagaimana jika peraturan dilanggar? Bagaimana dengan analisis dampak lingkungan,
yang sering diabaikan atau dimanipulasi saat memutuskan untuk mendukung proyek ini? Ini
menunjukkan kegagalan negara dalam melindungi warganya dan lingkungannya, dan
menunjukkan ketidakjujuran proses pengambilan keputusan publik.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, kami menyadari bahwa generasi muda
yang berpendidikan bertanggung jawab untuk melawan ketidakadilan lingkungan. Mahasiswa
harus menjadi pendukung utama keadilan dan keberlanjutan. Salah satu tindakan yang dapat
kami ambil adalah menunjukkan dampak sosial dan ekologis yang sering disembunyikan dari
pembangunan hotel di kawasan konservasi melalui riset ilmiah yang kredibel. Selain itu,
kami harus melakukan gerakan kolektif bersama dengan organisasi lingkungan dan
masyarakat lokal untuk meningkatkan suara penolakan terhadap rencana berbahaya ini.
Selain itu, kami harus meminta pemerintah bertanggung jawab dengan menuntut penghentian
proyek yang melanggar peraturan konservasi dan mendorong penilaian kebijakan
pembangunan yang berbasis ekosistem. Sebagai agen perubahan, kami berkomitmen untuk
menjaga alam Indonesia tetap lestari dengan menggunakan suara dan pengetahuan kami.
Wisata berkelanjutan tidak memerlukan penginapan mewah di kawasan konservasi.
Pelestarian alam yang benar-benar menguntungkan masyarakat lokal dan kelangsungan
ekosistem adalah yang diperlukan. Kami meminta semua orang untuk berhenti
mengorbankan lingkungan untuk tujuan ekonomi jangka pendek. Jika pembangunan ini tidak
dihentikan, bukan hanya Komodo yang terancam punah, tetapi juga kehormatan negara
sebagai pelindung kekayaan alamnya akan terancam.
Menjaga Bumi, menemtang eksploitasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI