Ritual Barong Ider Bumi ketika dielaborasikan dengan tradisi mudik keterkaitannya yaitu tradisi ini berlangsung dalam momentum khusus diselenggarakan setiap tanggal 2 Syawal atau hari raya ke-2 Idul Fitri. Mengingat Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum besar umat Islam.
Selain itu sembur othik othik atau menyebarkan uang koin dan kenduri merepresentasikan berbagi angpao dan makan bersama dimana dua kegiatan tersebut tidak terlepas dari tradisi mudik.
Refleksi mudik juga dapat ditemui dalam tradisi Toron di Madura yang berarti turun. Toron bermakna pulang ke kampung halaman. Tradisi Toron terjadi menginat masyarakat Madura lekat dengan warga rantau oleh karena itu pulang ke kampung halaman juga merupakan momentum yang dinanti oleh masyarakat rantau dari Madura.
Islitah Toron memiliki makna filosofis yang dimaknai sebagai pribadi yang rendah diri, tidak melupakan tanah kelahiran, dan memposisikan diri sebagai masyarakat yang menjunjung nilai luhur. Ada 3 momentum tradisi Toron yaitu Hari Raya Idul Fitri, Maulid Nabi SAW, dan Hari Raya Idul Adha.
Dari ketiga momentum tersebut Toron banyak dilakukan pada saat Hari Raya Idul Adha. Momentum tersebut juga dimanfaatkan untuk ziarah haji yaitu berkunjung ke rumah jamaah yang pulang dari ibadah haji untuk meminta doa keselamatan.
Masyarakat Madura sangat antusias melakukan ziarah haji karena mereka menganggap jamaah haji sepulang dari Masjidil Haram memiliki status sosial yang tinggi yang kemudian diasumsikan memiliki doa yang mustajab. Maka dari itu warga rantau Madura sangat antusias dengan tradisi Toron pada saat Hari Raya Idul Adha.
Dari berbagai refleksi tradisi mudik di Indonesia yang luhur seperti contoh di atas, kini tradisi mudik mengalami pergeseran fungsi. Gegap gempita menjelang mudik diramaikan juga oleh penjual jasa tukar uang baru serta obral besar besaran di mall.
Tradisi mudik zaman dulu dilakukan secara natural untuk mengunjungi dan berkumpul dengan keluarga. Namun saat ini tradisi mudik selain berkumpul dengan keluarga juga sebagai ajang menunjukkan eksistensi dirinya selama di perantauan. "Pada era ini kebanyakan pemudik memaksakan diri untuk tampil sebaik mungkin, cenderung wah," kata Silverio, kompas.com (6/5/2018).
Sumber:
kbbi.web.id/mudik
nasional.kompas.com
travel.kompas.com
kompasiana.com/kaulehtorul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H