Mohon tunggu...
Nauris Rofaudin
Nauris Rofaudin Mohon Tunggu... Editor - Departemen Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga 2019

Undergraduate Student English Literature in Universitas Airlangga | Interest in editing and writing | Owner of @desainor

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film: Aladdin (2019)

1 Desember 2020   16:24 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:10 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: saltlakemagazine.com

Film ini merupakan film adaptasi dari sebuah kisah klasik terkenal yang berasal dari timur tengah berjudul Aladdin. berlatar sebuah kerajaan dan daerah pemukiman di timur tengah, film yang disutradarai Guy Ritchie ini sukses mendapatkan perhatian dari banyak masyarakat pada masanya. Dibintangi oleh aktor-aktor papan atas seperti Will Smith dan Naomi Scott, film ini mendapatkan rating 7/10 dari IMDB. 

Latar waktu dalam film ini diceritakan pada masa lampau, tidak jelas disebutkan waktunya namun dapat dipastikan dari eksistensi kerajaan dan pakaian yang digunakan bahwa setting tempat digambarkan pada masa yang amat lampau. Musik dan nyanyian pengiring pembicaraan tokoh dan banyak adegan lain membuat suasana dalam film makin dramatis dan menyenangkan. Prince Jasmine yang diperankan Naomi Scott diperankan dengan sangat baik, begitupun Mena Massoud yang memerankan Aladdin tak kalah lihai dalam memerankan tokoh yang ia perankan. 

 SFX serta CGI garapan Disney tidak pernah mengecewakan, yang ditampilkan dari awal saya menonton sesuai tidak saya ragukan, fantastis!. Mulai dari kepulan asap jin hingga bagaimana tim kreatif menganimasi Abu sangat nyata, sehingga tidak terlihat janggal atau sekadar memaksakan otak untuk memvisualisasi sendiri agar terlihat lebih nyata. 

Bagian yang paling saya suka adalah alurnya, konflik yang ditampilkan membuat penonton tidak sedikit deg-degan. jujur sejak scene-scene awal film sudah terlihat bahwa ini bukan film yang dibuat dengan ala kadarnya, melainkan sangat matang. Walau jujur alur cerita mudah ditebak karena memang cerita Aladdin sudah lumrah kita dengarkan bahkan sebelum film ini diproduksi. 

Adapun bagian yang kurang saya suka sebenarnya hampir tidak ada selain adanya tiga kali scene berciuman padahal film ini berlabel "Family" atau aman untuk ditonton bersama keluarga. Kemudian apakah karena saya terlalu antusias menonton film ini, sehingga ketika saya menonton Aladdin ini terasa sangat cepat bahkan saya tidak menyangka tiba-tiba filmnya telah usai. Namun walau bagaimanapun kekurangan yang ada pada Film Aladdin ini, secara keseluruhan film Aladdin ini bagus untuk ditonton baik sendiri maupun beramai-ramai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun