Novel ini menceritakan tentang catatan perjalanan hidup seorang pria asal Jepang bernama Oba Yozo, seorang pengecut karena ketakutannya terhadap manusia lain. Sedari kecil Yozo menganggap berbeda dari yang lainnya, dia takut untuk mengerti perasaan manusia lain dan cenderung menyembunyikan jati dirinya menggunakan 'topeng' konyol dan jenaka untuk menghibur manusia disekitarnya. Ia takut untuk menampilkan jati dirinya dan dibenci oleh orang lain, sehingga Yozo menciptakan 'topeng' yang sesuai dengan apa yang diinginkan orang disekitarnya. Namun sifat takut dan pengecutnya itu berubah jadi kekhawatiran yang berlebihan hingga depresi dan merubahnya menjadi pecandu alkohol juga obat-obatan terlarang guna lari dari realita yang ada.
Karena novel ini merupakan terjemahan dari Bahasa Jepang sehingga banyak sekali kalimat atau kosakata yang baru saya temui dan sulit dimengerti. Setidaknya butuh dua kali membaca satu kalimat yang rumit untuk dimengerti seperti "Persoalan praktis, kesedihan dapat diredakan asal ada cukup makanan-mungkin yang paling hebat dari segala neraka nan membara," yang artinya sebuah neraka yang dianggap oleh karakter Yozo adalah meredakan kesedihan hanya dengan menggunakan makanan atau memberi makan orang, begitulah jati diri manusia menurutnya.
Dazai mampu membawa saya merasakan kesal, kekecewaan, dan amarah terhadap Yozo maupun berempati padanya. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu 'aku', saya sebagai pembaca merasa seperti sosok Yozo sendirilah yang sedang menceritakan kisah hidupnya langsung kepada saya. Penggunaan kata-kata yang frontal dan cerita kehidupan karakter sebagai 'manusia yang gagal' atau 'bukan lagi manusia' sudah pasti ditujukan untuk pembaca berusia 18 tahun keatas (penulisan cerita hampir seperti novel 'Saman' karya Ayu Utami namun tidak se-vulgar novel tersebut)
Novel ini memiliki alur cerita kronologi, setiap bab memiliki penjelasan waktu dan terus maju hingga akhir hayatnya. Yozo menceritakan tentang seberapa berbedanya dia dengan manusia lain yang ada disekitarnya, sejak kecil ia menganggap bahwa manusia sulit untuk dipahami. Semakin dia memahami manusia, semakin takut juga orang lain melihat jati dirinya yang jauh dari kata sempurna dan penuh kepura-puraan. Yozo remaja melarikan diri dari kecemasan berlebihan tersebut dengan melukis, bolos kuliah, menjadi pecandu alkohol, menjadi bagian dari perkumpulan 'sayap kiri', mengunjungi rumah bordil, hingga percobaan bunuh diri demi mencari kedamaian dalam jiwanya.
Dazai Osamu memang terkenal dengan gaya penulisan yang terkesan depresif dan sedih. Tulisan-tulisannya mempertanyakan eksistensi manusia atau diri sendiri yang dapat dirasakan dan relate dalam beberapa aspek. Sama seperti kebanyakan novelnya, No Longer Human memiliki gaya penulisan yang berisi ironi, kesedihan, kesendirian, hingga penghancuran diri. Tidak jauh berbeda dengan tulisannya, Dazai Osamu merupakan pribadi yang depresif dan berulang kali melakukan percobaan pembunuhan, hingga akhirnya bunuh diri bersama kekasihnya pada 13 Juni 1948.
Kekurangan dari novel ini adalah ceritanya yang berat dan cukup depresif, kehati-hatian diperlukan saat membaca novel ini. Penerjemahan yang cukup sulit dimengerti juga menyulitkan saya sebagai pembaca. Kelebihannya adalah penyampain Dazai Osamu terhadap kisah hidup Oba Yozo berhasil mendapatkan empati saya sebagai pembaca. Kekesalan yang saya rasakan karena Yozo terus menghancurkan hidup para kekasihnya dan menyalahkan wanita atas ketakutan juga sifat pengecutnya yang menghancurkan segalanya tidak bisa hilang hingga saat ini. Namun saya juga merasakan iba dan relate karena pada kenyataannya manusia memanglah insan yang sulit dimengerti dan munafik.
No Longer Human adalah karya yang relatable dengan keadaan manusia hingga saat ini. Kerumitan yang dirasakan sebagai seorang individu yang berusaha mengikuti arus 'moral' yang ada di dunia dan rumitnya menjalin hubungan sosial dengan individu lain. Penulisan kalimat yang frontal dan depresif memang dikhususkan kepada pembaca yang sudah cukup umur. Dengan gaya semi-otobiografi membuat pembaca seperti dialog atau diceritakan langsung oleh karakter novel tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H