"Posisinya aneh," Merupakan pernyataan yang sering didengar dari para pejalan kaki dan para mahasiswa sekitar, terutama mahasiswa Unpad yang sering menggunakan zebra cross depan kecamatan Jatinangor. Berada persis di tengah belokan menuju Tanjungsari, membuat jalanan ini seringkali digunakan oleh mobil bermuatan besar. Jatinangor, atau Sumedang yang berada di antara Cirebon, Bandung dan Tasikmalaya menjadikan daerah ini sebagai 'titik temu' atau persimpangan jalan bagi para kendaraan atau mobil bermuatan besar untuk lewat membawa berbagai muatan dari daerah sekitar.Â
Tidak hanya karena mobil bermuatan besar yang membuat jalan ini berbahaya dan rawan kecelakaan, namun keegoisan para pengguna kendaraan bermotor ikut andil dalam membuat zebra cross ini menjadi alat penyebrangan yang berbahaya, bahkan mengancam nyawa. Kurangnya peringatan rambu lalu lintas terkait alat penyeberangan tersebut, lampu penyeberangan, atau kaca cembung guna membantu memperlihatkan titik buta belokan tersebut, menambah level berbahaya zebra cross yang sering digunakan oleh para mahasiswa dan para pejalan kaki.Â
Sebagai salah satu dari pengguna zebra cross tersebut, tentu saya paham dengan masalah yang ada. Saya sendiri telah merasakan betapa 'mengerikannya' menyebrangi jalan ini, namun apa daya, guna mematuhi peraturan lalu lintas saya menyebrang tepat di penyeberangan jalan untuk menuju ke tempat tujuan. Sayangnya menaati peraturan justru malah lebih membahayakan nyawa dibandingkan menyeberang jalan sembarangan. Anehnya lagi, menyeberang jalan di tempat yang bukan tempat penyeberangan jalan malah lebih aman dibandingkan menyeberang di zebra cross depan kecamatan Jatinangor tersebut. Contohnya menyeberang di depan Ciseke besar, atau di depan toko Tekun, selain tidak berada di pertigaan jalan dan belokan, kendaraan akan lebih mudah melambatkan kecepatan mereka karena melihat langsung orang yang sedang menyeberang, tidak seperti zebra cross di depan kecamatan Jatinangor yang memiliki titik buta baik bagi penyeberang jalan maupun pengendara bermotor. Bantuan yang diberikan "tukang parkir" juga menjadi pertimbangan bagi mahasiswa agar menyeberang secara aman dan selamat.Â
Bima Arya Sugiarto yang merupakan mantan Walikota Bogor pun pernah menyusuri alat penyeberang jalan mengancam nyawa ini. Ia pun ikut prihatin dan mencoba sendiri menyeberangi di zebra cross depan kecamatan tersebut. Berdasarkan reels yang diupload langsung pada Instagram Bima Arya sendiri, @bimaaryasugiarto, ia mengatakan menyeberang di zebra cross depan kecamatan Jatinangor ini termasuk uji nyali karena banyak kendaraan dengan kecepatan tinggi dan mobil atau truk bermuatan besar yang juga melewati zebra cross tersebut, apalagi berada persis di depan tikungan. Menurutnya walaupun setelah zebra cross dihapuskan sekalipun, mahasiswa maupun pejalan kaki masih akan atau bisa menyeberangi tempat tersebut, menurutnya menambahkan pagar atau beberapa pembatas di beberapa sisi mungkin bisa menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mencegah adanya kecelakaan lalu lintas dan mengarahkan mahasiswa atau pejalan kaki untuk menyeberang ke zebra cross yang lebih jauh, seperti yang berada di depan Koramil maupun di depan Puskesmas Jatinangor.Â
Berdasarkan artikel berita dari Tribunjabar.id, pada tahun 2023 kemarin, zebra cross tersebut malah di cat ulang atau dipertebal catnya, dengan total anggaran hingga mencapai Rp.70 juta. Bahkan pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Sumedang lepas tangan terkait penempatan zebra cross yang berada di depan kecamatan Jatinangor tersebut dikarenakan bukan termasuk kedalam domainnya (kawasan yang diatur oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Sumedang). Namun pada tahun 2024, zebra cross kematian ini mulai dihapuskan atau dihilangkan cat nya dan mulai meninggalkan bekas sedikit kehitaman pada pertigaan tersebut. Sayangnya hal tersebut tidak mencegah pejalan kaki dan mahasiswa untuk tidak menyeberangi tempat tersebut, hal ini mungkin dikarenakan kebiasaan mahasiswa untuk menyeberang di zebra cross depan kecamatan Jatinangor dan efisiensi waktu dan gerak untuk menuju ke tempat tujuan mereka (seperti Ciseke besar yang menjadi tempat banyaknya penjual makanan dan kos sebagai tempat tinggal para mahasiswa perantau).Â
Dikutip juga dari detikjabar, Indah Amelia sebagai founder Center for Youth Actions on Road Safety atau CARS dan juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran membenarkan seberapa berbahayanya jalanan Jatinangor, yang menyebabkan jalanan ini menjadi jalan yang rentan akan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya rawan atau rentan, nyatanya jalanan yang berada di Jatinangor ini juga telah memakan banyak korban jiwa hingga dijadikan pameran sekaligus kampanye untuk mengenang korban lalu lintas di kawasan jalanan Jatinangor tersebut.Â
Terlepas dari usaha penghapusan zebra cross nyatanya hal itu terbilang tidak cukup untuk mencegah pejalan kaki atau pengguna penyeberangan jalan itu untuk berhenti menyeberang di zebra cross kematian tersebut, tanpa adanya rambu peringatan atau pembersihan total zebra cross, karena kebiasaan yang telah lama dilakukan oleh mahasiswa maupun masyarakat umum tersebut, akan tetap menyeberang ditempat yang sama. Mau bagaimanapun kebiasaan lama akan sulit dihilangkan bukan?Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya penyeberangan jalan di depan kecamatan Jatinangor ini sangatlah membantu. Mahasiswa fakultas Keperawatan dari Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Dan mengatakan bahwa zebra cross yang berada di depan kecamatan Jatinangor tersebut nyatanya sangat membantu dirinya untuk menyeberangi jalan guna mencapai kos-nya yang berada di sekitaran Rancaekek. efisiensi waktu dan karena banyaknya mahasiswa lain yang juga ikut menyeberang di sana menjadi alasan utamanya untuk menyeberang di zebra cross kematian tersebut. Selain itu adanya angkutan kota yang sering 'mengetem' di seberang zebra cross mempermudah dirinya yang akan menuju Jatos (Jatinangor Town Square) menggunakan angkutan kota.Â
Sedangkan menurut Adel, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tidak akan menyelesaikan masalah, JPO tersebut malah akan digunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk 'nongkrong' atau malah diperkotor. Tidak hanya itu adanya Jembatan Penyeberangan Orang akan jarang digunakan karena memakan waktu lebih dalam penggunaannya dan jauh tidak lebih efisien untuk menyeberang ke sisi lain jalan. Salah satunya solusinya bisa dipasangkan kaca cembung guna memperlihatkan titik buta pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki atau pengguna zebra cross agar dapat melihat satu sama lain. Penambahan lampu penyeberangan atau rambu peringatan sebagai penanda, bahwa tempat tersebut adalah tempat penyeberangan jalan yang digunakan pejalan kaki baik mahasiswa maupun masyarakat umum.Â