Suatu kontribusi besar yang diberikan psikologi khususnya psikologi klinis adalah studi terhadap anak autis yang terus berkembang. Apa sih autis itu? Istilah autis ialah sebutan untuk anak penyandang autisme. Nah, autisme sendiri adalah suatu gangguan perkembangan yang terjadi pada fungsi otak anak yang meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi serta gangguan interaksi sosial. Ciri khusus anak autis adalah kesulitannya untuk mengitegrasikan informasi dari berbagai indra. Pada waktu tertentu anak autis tampak terlalu sensitive pada rangsangan, lain waktu menjadi tidak sensitive. Inilah sebabnya mengapa anak autis berbeda dengan anak normal lainnya sehingga cara mereka mengenali objek untuk belajar juga berbeda.
Anak autis umumnya sangat sensitif terhadap sentuhan, misalnya tidak suka dipeluk atau dirangkul. Mereka juga sensitive terhadap suara-suara tertentu, senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda serta sangat sensitif atau sebaliknya, tidak sensitive terhadap rasa sakit. Nah, terkait bagaimana mereka mengenali objek, ada suatu kisah pengalamanseorang ibu dari anak autis. Anak tersebut suatu hari diajak berjalan-jalan ke pegunungan pada saat musim salju yang dingin, sebutlah namanya Thomas, Pada saat itu Thomas sangan senang, ia memainkan salju-salju, melihat pemandangan dengan antusias dan bersemangat. kala itu sang ibu mengenakan baju tebal berwarna merah. Beberapa minggu kemudian, sang ibu kembali mengenakan baju hangat merah yang sama ketika keluarga mereka pergi ke pegunungan. Melihat hal itu Thomas sangat gugup menyadari ia akan kembali pergi ke pegunungan. Ia berjaan mondar-mandir, sehingga pada waktu yang sangat lama, saat ia tau dia tak kunjung berangkat, ia mengamuk hebat. Yang ia pahami, ibu mengenakan baju hangat merah maka kami akan berangkat ke pegunungan.
Kisah lain dari ibu anak autis menceritakan anak perempuannya yang selalu diajak ke supermarket terdekat untuk berbelanja. Setiap mereka berkunjung ke supermarket, sang ibu selalu membawa keranjang rotan dan sang anak selalu senang. Suatu hari sang ibu berniat mengajak anaknya, yang menderita autisme tersebut mengunjungi neneknya. Sang anak bersikap tenang di dalam mobil hingga mobil mereka berbelok pada perempatan di pertengahan jalan. Sang anak penderita autisme ini mengamuk hebat hingga sang ibu menyadari ada keranjang rotan di seat belakang mobil mereka. Jalan awal yang dilalui satu arah dengan supermarket hingga di perempatan. Ketika mobil berbelok, sang anak mengamuk karena arah ke supermarket lurus kedepan, karena yang ia pahami, membawa keranjang rotan berarti ke supermarket.
Begitulah anak autis mengenali objek. Ia memahami segala sesuatu dari dunianya sendiri. Anak autis mengalami digisit perseptual sehingga ia mengalami deficit bahasa, perilaku motoric yang aneh yang disebabkan oleh gangguan neurologis yang melibatkan kerusakan otak atau keseimbangan kimiawi saraf dalam otak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H