Mohon tunggu...
Naurah Addiafaza Setiawan
Naurah Addiafaza Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya memasak dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kekuasaan Terhadap Kesenjangan Sosial dalam Masyarakat

2 Desember 2024   21:14 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyuapan pada calon badan legislatif adalah ancaman serius bagi demokrasi kita. Praktik kotor ini tidak hanya merusak integritas lembaga legislatif, tetapi juga merampas hak rakyat untuk mendapatkan pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab. Bayangkan, ketika calon legislatif lebih memprioritaskan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang memberikan suap, daripada kepentingan rakyat banyak. Kebijakan publik yang dihasilkan pun akan cenderung tidak berpihak pada rakyat, melainkan menguntungkan segelintir orang yang kaya dan berkuasa.

Penyuapan pada calon badan legislatif memiliki dampak yang sangat buruk bagi masyarakat. Praktik ini menggerogoti integritas dan independensi lembaga legislatif. Penyuapan dapat menyebabkan kebijakan publik yang tidak pro rakyat, melainkan menguntungkan kelompok tertentu yang memberikan suap. Penyuapan dapat memicu korupsi yang lebih luas di sektor pemerintahan. Penyuapan merusak prinsip-prinsip demokrasi, seperti persamaan hak dalam pemilihan dan representasi yang sejati. Dalam jangka panjang, penyuapan calon badan legislatif dapat merusak tatanan sosial dan politik sebuah negara.

Dalam banyak pemilihan umum, terutama di negara-negara berkembang, praktik penyuapan calon legislatif terhadap rakyat menjadi fenomena yang sering terjadi. Praktik ini melibatkan pemberian sejumlah uang, barang, atau janji-janji tertentu kepada pemilih dengan tujuan untuk memengaruhi pilihan mereka pada saat pencoblosan.

Calon legislatif atau tim kampanyenya mengidentifikasi kelompok pemilih yang dianggap potensial untuk dipengaruhi, misalnya masyarakat miskin, kelompok marginal, atau pemilih yang belum memiliki preferensi politik yang kuat. Calon legislatif atau perantaranya menawarkan sejumlah uang, sembako, atau janji-janji lain kepada pemilih dengan syarat mereka memilih calon tersebut. Pemilih yang membutuhkan atau tergiur dengan tawaran tersebut menerima suap dan berjanji akan memilih calon yang bersangkutan. Pada hari pencoblosan, pemilih yang telah menerima suap memberikan suara sesuai dengan janji yang telah mereka buat. Calon legislatif yang melakukan praktik penyuapan berpotensi memenangkan pemilihan, namun dengan cara yang tidak demokratis.

Banyak faktor yang mempengaruhi penyuapan yang dilakukan oleh calon badan legislatif. Faktor utamanya kondisi ekonomi, Tingkat kemiskinan yang tinggi dan kesenjangan sosial yang besar dapat membuat pemilih lebih rentan terhadap penyuapan. Kelemahan penegakkan hukum juga mempengaruhi penyuapan yang dilakukan calon badan legislatif, Lemahnya penegakan hukum terhadap kasus penyuapan membuat para pelaku merasa aman dan berani melakukan tindakan tersebut. Rendahnya tingkat pendidikan politik masyarakat membuat mereka mudah terpengaruh oleh iming-iming materi.

Saya rasa penyuapan yang dilakukan oleh calon badan legislatif terhadap rakyat adalah tindakan yang sangat merusak integritas proses demokrasi. Praktik ini menunjukkan kurangnya komitmen dari calon terhadap prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan pelayanan publik yang seharusnya menjadi fondasi pemerintahan. Ketika calon legislatif menggunakan penyuapan untuk mendapatkan suara, mereka menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakat dan mengorbankan kepercayaan publik.

Selain itu, penyuapan berpotensi menciptakan siklus korupsi yang berkelanjutan. Calon yang terpilih melalui praktik tidak etis ini mungkin merasa perlu mengembalikan biaya kampanye yang telah dikeluarkan dengan cara-cara yang tidak sah, seperti korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Akibatnya, kebijakan dan program yang dihasilkan lebih cenderung menguntungkan segelintir orang daripada masyarakat luas.

Dampak lain dari penyuapan adalah pengaburan penilaian yang objektif terhadap calon. Rakyat seharusnya memilih berdasarkan visi, misi, dan kompetensi calon, bukan karena imbalan materi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menolak segala bentuk penyuapan dan memilih dengan bijak. Integritas dalam pemilu bukan hanya tanggung jawab calon legislatif, tetapi juga tanggung jawab pemilih untuk memastikan bahwa mereka memilih berdasarkan nilai-nilai yang benar.

Argumentasi pribadi mengenai penyuapan yang dilakukan oleh calon badan legislatif terhadap rakyat sangat penting karena praktik ini berdampak negatif pada integritas demokrasi. Penyuapan adalah tindakan yang melanggar prinsip etika dan keadilan dalam proses pemilu. Ketika calon legislatif terlibat dalam praktik ini, mereka secara langsung mencederai kepercayaan publik yang seharusnya menjadi dasar hubungan antara perwakilan dan rakyat.

Pertama, penyuapan menghancurkan esensi dari pemilu yang bebas dan adil. Pemilu seharusnya menjadi kesempatan bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dan memiliki integritas. Ketika calon memilih jalan penyuapan untuk mendapatkan suara, mereka mengikis prinsip dasar demokrasi dan mengganti kepercayaan dengan transaksi semata. Ini mengubah pemilu menjadi ajang untuk mengukur seberapa besar uang yang bisa dikeluarkan, bukan seberapa layaknya seorang calon untuk dipilih.

Kedua, penyuapan menciptakan fondasi korupsi yang mengakar. Calon yang berhasil mendapatkan jabatan melalui praktik penyuapan cenderung merasa perlu untuk "membalas modal" yang telah mereka keluarkan. Ini membuka pintu bagi tindakan korupsi yang lebih besar setelah mereka terpilih, seperti penyalahgunaan anggaran dan kebijakan yang berpihak pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan tidak lagi mengutamakan kepentingan rakyat, melainkan hanya menguntungkan segelintir pihak.

Ketiga, penyuapan merusak kesadaran dan partisipasi politik masyarakat. Rakyat yang menerima imbalan finansial atau materi untuk memberikan suara akan kehilangan pemahaman tentang pentingnya memilih secara rasional dan berdasarkan penilaian objektif terhadap visi, misi, serta kompetensi calon. Ini menciptakan budaya permisif di mana praktik semacam itu dianggap wajar dan normal, padahal sejatinya sangat merugikan kepentingan jangka panjang masyarakat.

Pada intinya penyuapan yang dilakukan oleh calon legislatif bukan hanya persoalan etika pribadi, melainkan masalah yang mengancam fondasi demokrasi dan tatanan pemerintahan yang bersih. Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya dari praktik ini dan menolak segala bentuk penyuapan dalam proses pemilu. Rakyat perlu memilih dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab mereka dalam memastikan pemimpin yang terpilih adalah mereka yang benar-benar memiliki integritas dan komitmen untuk melayani kepentingan publik.

Saya sangat menentang praktik penyuapan yang dilakukan oleh calon badan legislatif terhadap rakyat. Penyuapan tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak prinsip dasar demokrasi yang berlandaskan kejujuran, transparansi, dan keadilan. Ketika calon legislatif menggunakan uang atau hadiah untuk mendapatkan dukungan, mereka menghancurkan kepercayaan publik terhadap proses pemilu dan menciptakan budaya politik yang korup.

Tindakan ini menunjukkan bahwa calon tersebut lebih mementingkan ambisi pribadi daripada kepentingan rakyat. Mereka rela mengorbankan nilai-nilai integritas dan transparansi demi kepentingan pribadi, yang pada akhirnya mengarahkan pada pemerintahan yang tidak akuntabel. Calon yang terlibat dalam penyuapan cenderung mengembalikan "investasi" mereka setelah terpilih dengan cara-cara yang merugikan masyarakat, seperti praktik korupsi atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihak tertentu.

Selain itu, penyuapan merusak kesadaran politik masyarakat. Rakyat seharusnya memilih calon berdasarkan kemampuan, visi, dan komitmen mereka untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Ketika praktik penyuapan terjadi, pilihan rakyat tidak lagi berdasarkan pertimbangan rasional, melainkan iming-iming jangka pendek yang merugikan masa depan mereka sendiri. Ini memupuk sikap permisif terhadap korupsi dan melemahkan upaya pemberantasan korupsi secara keseluruhan.

Sebagai anggota masyarakat, penting bagi kita untuk menolak segala bentuk penyuapan dan menyadari bahwa integritas pemilu adalah tanggung jawab bersama. Memilih calon yang jujur dan kompeten harus menjadi prioritas, karena pemimpin yang terpilih dengan cara yang bersih akan lebih mungkin memimpin dengan etika dan moral yang baik. Hanya dengan demikian, kita bisa membangun pemerintahan yang melayani kepentingan rakyat secara adil dan transparan.

Penyuapan yang dilakukan oleh calon badan legislatif terhadap rakyat merupakan ancaman serius terhadap integritas demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik. Praktik ini merusak kepercayaan publik, mengaburkan penilaian objektif masyarakat dalam memilih pemimpin, dan menciptakan fondasi bagi siklus korupsi yang lebih dalam di kemudian hari. Selain itu, penyuapan menggeser fokus dari pelayanan publik yang seharusnya menjadi prioritas, ke upaya memuaskan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Untuk menjaga keberlanjutan demokrasi yang sehat, penting bagi calon pemimpin dan rakyat untuk menolak segala bentuk penyuapan dan mengedepankan prinsip kejujuran serta integritas. Hanya dengan memilih pemimpin yang jujur, berkompeten, dan memiliki komitmen yang tulus untuk melayani, kita bisa memastikan terciptanya pemerintahan yang adil, transparan, dan berorientasi pada kepentingan bersama. Masyarakat perlu berperan aktif dalam menjaga proses pemilu yang bersih dan memastikan bahwa suara mereka digunakan untuk mendukung calon yang layak dan berintegritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun