Waktu berlari.
Semua terasa begitu cepat.
Secepat menyadari kapal kita telah karam ditengah badai.
Semua seperti terjadi kemarin. Berawal dari kata “hai” yang membawa cerita kita berlayar ke tengah samudera dan menantang badai.
Mungkin kita terlalu sombong untuk memutuskan berlayar ke tengah samudera, hingga pada akhirnya kapal kita karam dan kamu diselamatkan oleh sebuah kapal asing. Sedang aku? Aku terombang-ambing di tengah badai, berusaha menyelamatkan diri karena tidak ingin menyerah dengan keadaan.
Mukjizat.
Aku menemukan sebuah pulau tak berpenghuni di tengah lautan. Entah, kini aku tidak ingin meninggalkan pulau ini, aku sudah terlalu nyaman dengan pulau ini, walaupun terkadang aku merindukan saat-saat kapal kita berlayar dengan tenang.
Ditengah ketenanganku, seakan ombak tak ingin membiarkanku melupakan semuanya. Ombak membawakanku secarik surat dalam botol. Seolah mendapatkan kotak pandora, terlalu bimbang untuk memutuskan harus diapakan surat ini.
Namun, sihir pandora menggugah hati dan rasa penasaranku berkembang. Aku membuka dan membaca surat itu, surat pandora.
Surat dari dia.
Dia yang amat kurindukan.