Mohon tunggu...
Secangkir Angan
Secangkir Angan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

it's me. i find my own way.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisakah Kita Kembali Bersatu?

6 Desember 2012   05:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Firasatku kembali menggema. Aku pikir firasatku tentang kamu sudah mati. Aku pikir aku sudah tidak perlu mengetahui keadaan terbarumu.

Hari-hariku terbilang tenang untuk beberapa minggu ini. Tanpa kabar darimu tentunya. Melihatmu bahagia dari kacamataku tentunya. Melihatmu terbang kesana kemari tanpa beban. Itu yang aku pikirkan, yang aku kira. Tapi kenyataannya, aku terlalu sok tau.

Aku yang sering mengatakan “jangan suka menilai seseorang dari covernya saja” ini ternyata masih suka menilai seseorang dari covernya saja. Seperti menilai kamu, kamu yang sudah cukup lama pergi dariku. Kamu boleh marah terhadapku atas semua pemikiran dangkalku.

Kamu tau seperti apa rasanya bermimpi tentang kamu?

Setelah sekian lama tidak mendengar suaramu, tidak mendapat sapa darimu, tidak mendengar keluh kesahmu, kemudian bisa bermimpi tentang kamu itu bagai mendapat keajaiban dari Yang MahaKuasa untuk mengobati rasa kangen yang terus menggerogoti pikiran ini.

Dan aku sama sekali tidak berpikir jika itu adalah suatu pertanda atau apapun sampai kamu mengupdate status fbmu. Kamu sedang kacau. Aku tau. Topengmu seketika terlepas. Menampakkan isi hatimu yang sesungguhnya. Yang selama ini kamu simpan dengan rapi.

Iseng. Cuma iseng ketika aku menyalakan chat-ku setelah beberapa detik kamu mengupdate status fbmu.

Setelah sekian lama aku menunggu. Kamu memberiku kabar lagi. Kamu bercerita tentang keluh kesahmu lagi. Kekacauanmu saat ini. Topeng yang selalu kamu tunjukkan, musnah untuk beberapa saat. Mendengar kamu menjadi semakin tidak terkendali. Seakan buta akan sekelilingmu. Seakan kamu sudah tenggelam terlalu dalam hingga tidak bisa untuk kembali ke daratan. Mendengar jika hanya sebatang rokok yang menjadi temanmu kini. Dengan jelas kamu tau jika yang kamu lakukan itu salah namun, seolah kamu tidak dapat berbuat apapun.

Menyedihkan.

Jujur, saat itu tangisku nyaris pecah. Bagaimana bisa seorang yang dulu sangat aku jaga dari hal seperti itu, justru sekarang tenggelam didalamnya dan tidak dapat menyelematkan diri. Sekuat itukah arus yang saat ini tengah kamu lalui?

Kata-katamu saat itu masih terngiang jelas ditelingaku, “aku udah nyaman sama dia, dia yang bisa bikin aku nyaman”.Nyaman seperti inikah yang kamu maksud? Nyaman yang kelewat nyaman hingga kamu tidak tau harus melakukan apa setelah ini? iya? hanya nyaman fana yang kamu cari? Jika memang itu, pilihanmu sudah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun