Era Society 5.0 dibuat sebagai solusi dari Revolusi Industri 4.0 yang ditakutkan akan kemunduran umat manusia, empati dan toleransi harus dipupuk seiring dengan perkembangan kompetensi.
Society 5.0 yang digagas oleh negara Jepang diresmikan 2 tahun lalu pada 21 Januari 2019. Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Empat kemampuan utama yang perlu dimiliki setiap individu, yaitu: creativity, critical thinking, communication and collaboration. Hal ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot, Iot). Ruang maya dan ruang fisik menjadi satu sehingga semua hal menyengkapi kecerdasan buatan.
Pemanfaatan teknologi akan membawa dampak positif bagi kemaslahatan hidup manusia. Sebagai contoh, inovasi di bidang biologi bisa memberikan solusi untuk permasalahan medis yang sebelumnya tidak mampu dipecahkan.
Pancasila diberikan kebebasan belajar dengan tetap menanamkan karakter Pancasila sebagai falsafah bangsa, sehingga dapat membentuk mahasiswa menjadi pembelajar mandiri.
Perlu upaya terobosan yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan kita agar generasi masa depan mampu menyeimbangkan antara kecanggihan teknologi dengan nilai-nilai kemanusian.
Umat manusia adalah makhluk sosial yang saling bekerja sama untuk kemajuan bersama. Keseimbangan antara pendidikan karakter dan ilmu pengetahuan teknologi sejatinya memang harus selalu dijaga.
Mengingat Indonesia masih sebagai negara berkembang, bukan berarti hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Oleh karena ini kita harus menghadapi Society 5.0 ini dengan bersikap dan berpikir maju.
#LaskarVokasi2022 #BanggaVokasi #VokasiUnair #UniversitasAirlangga
 #369 #UnairHebat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H