Mohon tunggu...
nauraa argiia
nauraa argiia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa bias

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Dampak dan Masa Depan Fast Fashion

6 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 6 Juni 2024   16:05 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan kemunculan "fast fashion," industri mode telah mengalami perubahan besar dalam beberapa dekade terakhir. Konsep ini merujuk pada produksi dan pemasaran pakaian dengan harga terjangkau yang mencerminkan tren mode terkini. Fast fashion telah membuat mode terbaru lebih mudah diakses oleh lebih banyak konsumen, namun dampak buruknya terhadap lingkungan, ekonomi, dan etika memerlukan pertimbangan yang cermat.
Fast fashion sering dikritik karena memiliki dampak lingkungan yang sangat negatif. Sektor ini terkenal karena penggunaan bahan baku murah dan metode produksi yang merugikan lingkungan. Polyester, yang sering digunakan, tidak dapat terurai secara hayati dan memerlukan banyak energi untuk diproduksi. Selain itu, bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam pewarnaan tekstil dan proses produksi lainnya dapat mencemari tanah dan air.
Siklus cepat produksi dan konsumsi fast fashion juga berkontribusi pada pemborosan. Pakaian murah sering kali langsung dibuang, menghasilkan volume limbah tekstil yang besar. Setiap detik, satu truk penuh tekstil dibuang atau dibakar, menurut laporan yang diterbitkan oleh Ellen MacArthur Foundation.
Dampak fast fashion terhadap kondisi kerja di negara-negara miskin menimbulkan masalah etika yang serius. Banyak produsen fast fashion mengalihdayakan produksi ke negara-negara dengan upah buruh yang sangat rendah dan standar tenaga kerja yang longgar untuk menjaga biaya produksi tetap rendah. Bagi banyak pekerja garmen di negara-negara tersebut, kondisi kerja yang tidak aman, jam kerja yang panjang, dan upah yang rendah adalah realitas sehari-hari.
Namun, model bisnis fast fashion juga memicu siklus konsumerisme yang merugikan. Pelanggan didorong untuk membeli pakaian baru secara teratur untuk mengikuti tren mode yang cepat berubah, tanpa memperhatikan kualitas dan keberlanjutan. Ini melemahkan penghargaan terhadap keterampilan dan produksi lokal, yang mempengaruhi tidak hanya budaya konsumen tetapi juga stabilitas ekonomi jangka panjang.
Gerakan yang mendukung mode berkelanjutan telah muncul sebagai hasil dari kesadaran akan dampak buruk fast fashion. Mode berkelanjutan menekankan pada barang-barang yang tahan lama, metode produksi yang etis, dan bahan yang ramah lingkungan. Pelanggan didorong untuk mempertimbangkan masa pakai pakaian yang mereka beli dan untuk membeli lebih sedikit barang dengan kualitas yang lebih tinggi.
Selain itu, industri mode mulai mengadopsi konsep ekonomi sirkular. Strategi ini berfokus pada pengurangan limbah dengan mendesain ulang produk, mendaur ulang bahan, serta merawat dan memperbaiki pakaian agar lebih tahan lama. Kemajuan teknologi seperti bahan yang dapat terurai secara hayati dan teknik produksi ramah lingkungan memiliki banyak potensi untuk mengurangi dampak negatif mode terhadap lingkungan.
Fast fashion memiliki dampak negatif yang besar terhadap lingkungan dan masyarakat meskipun aksesibel dan cepat mengadopsi tren baru. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang masalah-masalah ini, produsen dan konsumen sama-sama harus bekerja untuk menerapkan praktik mode yang lebih ramah lingkungan. Kita tidak dapat menjamin bahwa industri mode berkembang secara berkelanjutan, menghormati orang-orang yang membuat setiap pakaian yang kita kenakan, atau menghargai lingkungan kecuali kita mengambil langkah-langkah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun