Mohon tunggu...
Naura Balqis Almira Sanni
Naura Balqis Almira Sanni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Introvert, suka masak dan baking, suka nonton drama/film juga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dinamika Putusan MK dan Kepercayaan Publik

4 November 2024   04:00 Diperbarui: 4 November 2024   06:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dinamika Putusan MK terhadap politik dan Kepercayaan Publik di Indonesia

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga tinggi dalam sistem ketatanegaraan di suatu negara. Bersama-sama dengan Mahkamah Agung, lembaga ini memegang kekuasaan kehakiman, khususnya untuk menguji dan mengadili berbagai aturan yang berkaitan dengan Undang-Undang. Tujuan ideal dari pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah agar penyelenggaraan negara berdasarkan hukum yang adil dan demokratis. Peradilan semacam ini berposisi sebagai pemisah dan penyeimbang antar lembaga di pemerintah agar tidak ada dominasi kepentingan. 

Pembentukan Mahkamah Konstitusi di Indonesia berdasarkan pada sejumlah filosofi, diantaranya mekanisme penegak hukum dan mekanisme untuk memutus sengketa yang mungkin terjadi di negara Indonesia. Pembentukan lembaga ini juga mempertimbangkan peranan hakim dan politik yang penting dalam pembentukan produk-produk hukum. Dalam UUD 1945 diatur bahwa MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk salah satunya memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 

Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga pengawal konstitusi dalam memutus perkara berperan sebagai negatif legislator untuk membatalkan norma yang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun seiring dengan perkembangan waktu, Mahkamah Konstitusi tidak hanya membatalkan norma, tetapi juga berperan sebagai positif legislator dengan mengubah frasa dalam Undang-Undang. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai politik di Indonesia sering kali berkaitan dengan sengketa pemilihan umum, konstitusi, dan kebijakan yang berimplikasi pada sistem politik. 

MK memiliki peran penting dalam menegakkan hukum dan memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan adil. Misalnya saja, MK dapat memutuskan tentang keabsahan hasil pemilu, sengketa antar partai politik, dan interpretasi Undang-Undang yang berkaitan dengan pemilu. Keputusan-keputusan ini berpengaruh besar terhadap stabilitas politik, kepercayaan publik terhadap sistem pemilu, serta integritas lembaga-lembaga demokrasi. Dinamika politik merujuk pada perubahan dan interaksi yang terjadi dalam sistem politik suatu negara atau masyarakat. Ini mencakup berbagai aspek seperti kebijakan, kekuasaan, konflik, aliansi, dan perilaku aktor politik misalnya partai politik dan pemerintah.

Berikut adalah beberapa contoh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di Indonesia mencakup berbagai kasus yang berpengaruh pada sistem politik dan pemilu :

  • Sengketa Pemilu : Kasus di mana MK memutuskan hasil pemilihan legislatif atau presiden. Mislanya, pada pemilu 2019, MK memutuskan menolak gugatan dari pasangan calon presiden Prabowo-Sandiaga terkait hasil pemilu yang mempertahankan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
  • Perubahan Undang-Undang : MK juga sering mengkaji konstitusionalitas Undang-Undang yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Contohnya, pada 2020 MK memutuskan bahwa beberapa pasal dalam UU Omnibus Law tentang Cipta Kerja tidak sesuai dengan konstitusi yang mengakibatkan revisi.
  • Pendaftaran Partai Politik : MK pernah memutuskan mengenai persyaratan pendaftaran partai politik yang dianggap memberatkan, sehingga memberikan kesempatan yang lebih adil bagi partai-partai baru untuk berpartisipasi dalam pemilu.
  • Hak Asasi Manusia : Putusan MK yang terkait dengan hak-hak politik seperti hak memilih dan dipilih juga menunjukkan dinamika politik. Misalnya, keputusan mengenai syarat usia minimal untuk mencalonkan diri dalam pemilu.

Putusan-putusan ini tidak hanya mempengaruhi pihak-pihak yang terlibat, tetapi juga berdampak pada kepercayaan publik terhadap sistem politik dan legitimasi pemerintahan.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika politik :

  • Perubahan Sosial : Perubahan dalam struktur masyarakat seperti demografi, nilai-nilai budaya, dan ekonomi, dapat mempengaruhi kebijakan politik.
  • Aktivisme dan Mobilisasi : Tindakan masyarakat seperti demonstrasi atau kampanye dapat mengguncang tatanan politik yang ada.
  • Konflik dan Krisi : Ketegangan atau konflik baik internal maupun eksternal dapat mengubah arah politik dan mempengaruhi stabilitas pemerintahan.
  • Perkembangan Teknologi : Teknologi informasi dan komunikasi seperti media sosial, dapat memengaruhi cara informasi disebarkan dan dipahami oleh publik serta memfasilitasi mobilisasi massa.
  • Kebijakan Pemerintahan : Keputusan yang diambil oleh pemerintah baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun keamanan, dapat menciptakan reaksi dan pengaruh pada situasi politik.

Kepercayaan publik terhadap dinamika putusan Mahkamah Konstitusi (MK) sangat penting dalam konteks demokrasi dan stabilitas politik. Publik cenderung lebih percaya pada putusan MK jika proses pengambilan keputusan dianggap transparan dan akuntabel. Jika MK menjelaskan dengan baik alasan di balik keputusan yang diambil maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Konsistensi dalam putusan MK juga penting, jika putusan-putusan sebelumnya dapat dilihat sebagai landasan yang jelas untuk keputusan-keputusan baru, ini dapat membangun keyakinan publik bahwa MK bertindak secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal. 

Kepercayaan publik akan meningkat jika masyarakat melihat MK sebagai lembaga yang independen, tidak terpengaruh oleh politik praktis atau tekanan dari pihak manapun termasuk pemerintah dan partai politik. Putusan MK yang berdampak positif pada masyarakat seperti yang melindungi hak-hak sipil atau meningkatkan partisipasi politik cenderung meningkatkan kepercayaan. Sebaliknya, keputusan yang dianggap merugikan atau diskriminatif dapat menurunkan kepercayaan. Pada saat krisis politik atau sosial, respons MK yang cepat dan adil terhadap masalah tersebut dapat memperkuat legitimasi dan kepercayaan publik. 

Misalnya, keputusan yang menjaga integritas pemilu di tengah sengketa dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem. MK juga harus mengkomunikasikan putusan dan alasannya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh publik, penjelasan yang jelas dapat membantu masyarakat mengerti konteks dan tujuan setiap keputusan. Pendidikan hukum juga penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang fungsi dan peran MK melalui program pendidikan hukum. Dengan pengetahuan yang lebih baik publik dapat lebih menghargai proses dan hasil putusan. Masyarakat harus bisa mengakses informasi dengan mudah baik melalui media sosial, situs web, maupun acara publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun