Mohon tunggu...
Naura Balqis Almira Sanni
Naura Balqis Almira Sanni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Introvert, suka masak dan baking, suka nonton drama/film juga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kemiskinan di Indonesia

30 September 2024   13:22 Diperbarui: 30 September 2024   13:56 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Angka kemiskinan di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2024 sebanyak 25,22 juta orang. Angka ini menjadi yang terendah dalam 1 dekade terakhir yaitu pada 2014 - 2024, kemiskinan sempat meningkat saat terjadi pandemi Covid-19. Kita semua tahu bahwa pada saat pandemi Covid-19 semua orang kesulitan mencari nafkah, bahkan keluar rumah pun kita tidak diperbolehkan kecuali jika darurat dan itupun harus melengkapi syarat - syarat yang ada, seperti test PCR, vaksin, mengenakan masker, dll. Jadi sudah tidak mengejutkan lagi jika ada lonjakan angka kemiskinan pada saat itu.

Kemiskinan merupakan kondisi dimana orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, kemiskinan menunjukkan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan kehendak dari orang tersebut. Banyak hal yang bisa menyebabkan kemiskinan entah internal atau eksternal. 

Kemiskinan bisa disebabkan dari dalam diri orang itu sendiri yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia dan sifat individu itu sendiri. Sedangkan penyebab dari luar yaitu keterbatasan sumber daya alam, hasil pembangunan yang belum merata, tatanan sosial dan kelembagaan masyarakat yang belum tertata dengan baik, kesempatan kerja yang terbatas dan persaingan semakin ketat juga persyaratan yang semakin rumit membuat bertambahnya angka pengangguran.

Pendidikan terhalang karena ekonomi ?

Kemiskinan bisa terjadi karena kondisi alamiah ekonomi, kondisi budaya atau kultural, dan kondisi sosial sekitar. Hal paling miris atau memprihatinkan salah satunya adalah banyak anak - anak yang tidak sekolah atau melanjutkan pendidikan akibat terhalang ekonomi. Faktor ekonomi dapat menjadi penghambat dalam pendidikan karena keterbatasan sumber daya dan kesempatan. Hal ini terjadi karena biaya sekolah yang tidak terjangkau, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan mungkin masalah - masalah internal yang terjadi dalam suatu keluarga. 

Di era modern seperti ini pasti biaya untuk sekolah tidak murah, memang banyak beasiswa yang sudah diberikan oleh negara. Tetapi, apakah masyarakat yang berada di pelosok jauh dari kota mengetahui hal - hal seperti itu. Contohnya saja anak - anak pelosok Papua yang memiliki banyak talenta tetapi kurang bisa disalurkan karena kondisi wilayah yang belum begitu modern. 

Seharusnya jika memang beasiswa diberikan untuk seluruh masyarakat Indonesia, Pemerintah harus lebih memperhatikan masyarakat yang berada di pelosok - pelosok Indonesia. Ditambah lagi keluarga yang berada di garis kemiskinan, pasti kurang dalam mendapatkan informasi seperti itu.

Kondisi budaya atau kultural

Tidak sedikit orang tua yang masih menganut budaya terdahulu, memiliki pikiran bahwa anak - anak tidak harus sekolah tinggi - tinggi apalagi anak perempuan. Mereka berpikir bahwa nantinya anak perempuan juga akan menjadi ibu rumah tangga jadi untuk apa sekolah tinggi - tinggi itu pikir mereka. Ditambah mungkin kondisi ekonomi keluarga berada pada garis kemiskinan.

Jumlah terbanyak pengangguran disumbang oleh anak muda ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun