Ekonomi merupakan bagian vital yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa pun orangnya, dari suku manapun, dari bangsa manapun, agama apapun, tidak akan terlepas dari aspek yang satu ini. Bagaimana tidak, sejak manusia dilahirkan, ia sudah memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Tingkah laku ekonomi dapat dikatakan samatuanya dengan sejarah manusia itu sendiri. Ia telah ada semenjak diturunkannya nenek moyang manusia, Adam dan hawa ke permukaan bumi. Dan bisa dikatakan, sejak saat itu manusia sudah menjalankan prinsip ekonomi
Kata "Ekonomi" berasal dari Bahasa Yunani "Oikonomia" yang terdiri dari dua kata oikos dan nomos. Oikos secara harfiah berarti rumah tangga sementara nomos berarti mengatur. Jadi arti asli dari kata "oikonomia" adalah mengatur rumah tangga. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Xenophone.
Walaupun pada awalnya kata "ekonomi" ini terkesan khusus (rumah tangga) akan tetapi sejalan dengan perkembangan ekonomi menjadi suatu ilmu, arti asli tadi berkembang menjadi arti baru, yaitu pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur rumah tangga.
Sebelum zaman merkantilisme, masalah ekonomi yang timbul hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga. Pada zaman merkantilisme, masalah ekonomi menjadi lebih luas lagi, yaitu bagaimana caranya dapat diciptakan neraca dagang (balance of trade) yang positif. Pada zaman kaum klasik, adam smith merumuskan masalah ekonomi sebagai "setiap usaha manusia untuk menaklukkan alam dalam usahanya menghasilkan kekayaan material" dizaman kita sekarang masalah ekonomi yang di hadapi oleh manusia sudah sedemikian luas yaitu alokasi sumber sumber yang langka di antara sekian banyak kemungkinan penggunanya yang berbeda beda, serta untuk mencapai suatu keadaan tanpa adanya pengangguran (keadaan full employment) dan pertumbuhan ekonomi yang stabil tanpa adanya gangguan inflasi.[1]
Berkenaan dengan bagaimana konsep ekonomi Islam itu, terdapat tiga madzhab yang memiliki pandangan yang berbeda, yaitu Pertama, madzhab Bagir al-Sadr yang memandang bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam, karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Kedua, madzhab mainstream yang berpandangan bahwa, sebagaimana ekonomi konvensional, kelangkaan sumber daya menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi. Ketiga, madzhab Alternatif Kritis yang berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Namun disini kita akan membahas tentang apa madzab mainstream sebenarnya.
Â
Madzab pertama yang kita ketahui ialah madzab bagir al-sadr yang berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economics) tidak akan pernah sejalan dengan islam namun beda dengan madzab mainstream. Madzhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumberdaya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia berada pada titik equilibrium. Namun, jika kita berbicara pada tempat dan waktu tertentu, maka mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang sering terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh. misalnya, tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. Jadi, keterbatasan sumber daya memang ada, dan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai adalahQS. al-Baqarah(2): 155: dan juga madzab mainstream memfokuskan kepada bagaimana cara mengelola sumberdaya yang terbatas dan keinginan manusia yang tidak terbatas. Mereka berpandangan jika kapitalisme memecahkan permasalahan ekonomi dengan market mechanismdan sosialisme menggunakan centralized planning, maka ekonomi islam mennggunakan cara yang di tentukan dalam al-qur'an dan al-hadits serta praktik-praktik ekonomi islam pada masa kejayaan islam. Secara umum pemikiran mazhab mainstream relatif lebih moderat di bandingkan dengan mazhab-mazhab yang lainnya sehingga mudah di terima di masyarakat. Perbedaannya terletak dalam cara penyelesaian masalah, dilema sumber daya yang terbatas versus keinginan yang tidak terbatas memaksa manusia melakukan pilihan atas keinginannya. Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan. dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntunana agama, boleh juga mengabaikannya. Dalam bahasa al-qur'an pilihan dilakukan dengan"mempertuhankan hawa nafsunya". Tetapi dalam ekonomi islami, keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupannya termasuk ekonomi selalu dipandu oleh Allah melalui al-qur'an dan as sunnah.
 Kondisi ekonomi mengikuti kondisi sosial, yang bisa di lihat dari jalan kehidupan bangsa arab. Perdagangan merupakan sarana yang paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jalur jalur perdagangan tidak bisa dikuasi begitu saja kecuali jika sanggup memegang kendali keamanan dan perdamaian. Sementara itu kondisi yang aman seperti ini tidak terwujud di jazirah arab kecuali pada bulan bulan suci. Pada saat itulah di buka pasar pasar arab yang terkenal, seperti Ukazh, Dzil-majaz, majinnah dan lain lainya.[2]
 Ada beberapa tokoh yang berperan aktive dalam madzan mainstream di antaranya ialah Muhammad umar chapra dan Abdul mannan
Muhammad umar chapra
Dr. Chapra adalah seorang profesional economist sehingga mendapatkan sebuah penghargaan yang didapatkan dengan sebuah karangannya yang sangat cemerlang ialah dari islamic development bank dan peranan dalam perkembangan ekonomi islam sehingga mendapatkan achivement ke dua dari king faisal international award pada tahun 1989. Dan ia berhasil menciptakan sebuah buku tentang islam and the economic challenge yang di deklarasikan oleh amerika di dalam bukunya ia sedikit menjelaskan bagaimana reaksi masyarakat dalam menghadapi sebuah tantangan economic yang tidak mengganggu identitas mereka sebagai orang muslim, karena ada beberapa economic yang tidak seimbang sehingga hampir semua negara negara di seluruh dunia yang mengalami skala dari penipisan sumber daya alam dan lingkungan polusi yang membahayakan kehidupan di bumi ada sebuah kenaikan stres, ketegangan dan perselisihan dalam urusan manusia disertai oleh gejala aonime, seperti frustasi, kejahatan, penceraian semua itu menunjukkan kurangnya batin contenment dalam kehidupan individu karena mereka selalu berada dalam keadaan ketidak seimbangan economi sementara kebutuhan dasar dari cukup proposi penduduk tetap tidak puas maka dari itu dengan hadirnya sebuah madzab mainstream untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang di hadapi oleh masyarakat.