Mohon tunggu...
Naufal Yasin
Naufal Yasin Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa aktif di Universitas Negeri Semarang Angkatan 2016 Prodi Pendidikan Kimia

Pemuda introvert yang berusaha memcoba menjadikan diri bermanfaat mesikpun dengan segala kekurangan kemampuan sosial

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sistem Informasi Rekomendasi Agraria dan Pertanian (SIRAP)

22 Mei 2019   22:51 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:15 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Urusan pangan adalah urusan hidup matinya suatu bangsa". Begitulah ucap Bung Karno dalam pidatonya saat peletakan batu pertama pada pembangunan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (kelak disebut ITB). Memang meskipun Indonesia pernah memegang predikat sebagai negara agraria, namun ketahanan pangan dan swasembada pangan adalah masalah yang belum pernah terselesaikan secara katam.

Pertanian sendiri bisa diartikan sebagai semua aktifitas yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan (Sumastuti, 2010). Sebagai salah satu negara agraria dengan jumlah petani sekitar 26,13 juta (BPS, 2013), telah menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu bidang yang sangat berpengaruh dalam pergerakan roda perekonomian Indonesia. 

Menurut Direktorat Pangan dan Pertanian juga diketahui bahwa sektor pertanian telah sukses menyumbang 14,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam kurun waktu 2010-2013. Meskipun demikian tetap saja pertanian masih menyimpan berbagai problematika yang belum terselesaikan.

Terlebih lagi saat ini dunia sudah memasuki era agraria 4.0 dimana adanya tren ini berguna untuk menangani permasalahan pertanian yang tidak bisa diatasi pertanian tradisional (Walter et al., 2017). 

Diantaranya seperti kegagalan petani dalam mengambil keputusan pertanian (Mulyandari dan Ananto, 2005), mengatasi kurangnya informasi geografis suatu wilayah pertanian (Arief et al., 2016). Serta membantu memprediksi iklim (Nurdin, 2011), yang ironisnya harusnya menjadi ilmu dasar bagi para petani.

Padahal Menurut BMKG saja, untuk memprediksi iklim, diketahui ada lima hal yang mempengaruhi, antara lain : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), sirkulasi Monsun Asia--Australia, daerah pertemuan angin antar tropis (Inter Tropical Convergence Zone/ ITCZ) serta suhu permukaan laut di wilayah Perairan Indonesia. Jelas hal ini semakin mempersulit petani tradisional dalam memprediksi iklim untuk menentukan tanaman apa yang harus ditanam, apabila tidak diimbangi dengan model pertanian 4.0.

Beberapa variabel pertanian yang dianggap penting untuk pertanian, kadang juga luput dari pengawasan petani, imbasnya petani sering mengalamai gagal panen. Sehingga perlu sekali adanya layanan informasi rekomendasi pertanian 24 jam sehari yang memberikan kemudahan akses pertanian kepada petani, termasuk informasi pasar. Serta akses teknologi berupa rekomendasi penanaman penting untuk kelangsungan usaha tani (Mulyandari dan Ananto, 2005).

Selain itu rekomendasi pertanian harus berdasar pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertanian (kelembaban, suhu, jenis tanah dll) yang didukung dengan data-data yang akurat. Agar teknologi tersebut tidak hanya memudahkan namun juga memanjakan petani. Apabila ditarik kesimpulan ada setidaknya lima hal yang menjadi tantangan petani untuk bisa ditemukan solusinya agar bisa kembali mensukseskan program swasembada pangan kita, antara lain:

  • Gagalnya ilmu pertanian tradisional kita dalam bersaing dengan pertanian modern.
  • Fluktuasi Iklim yang sudah tidak bisa diprediksi dengan sistem penanggalan nenek moyang kita.
  • Tidak adanya pembagian variasi sektor pertanian bagi tiap-tiap daerah, sehingga rawan terjadi kelebihan dan kekurangan produksi panen.
  • Sikap asal "meniru" antar petani yang hanya melihat harga pasar pada saat sebelum panen dan tidak melihat rencana jangka panjang.
  • Sulitnya akses petani untuk memperoleh informasi aktual, akurat dan uptodate mengenai pertanian.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menghadirkan Website Sistem Informasi Rekomendasi Agraria dan Pertanian (SIRAP). Web ini dirancang sedemikian rupa untuk memberikan rekomendasi tanaman yang sesuai pada waktu, medan dan tempat yang diinginkan petani dengan pengoperasian yang mudah (hanya tujuh kali klik). 

Cara kerja metodenya adalah dengan mengambil logika keputusan dari database yang dimasukan ke sistem berupa variabel-variabel yang dianggap mampu mempegaruhi masa penanaman, perawatan dan pemanenan tanaman.

Web ini dibuat dengan memanfaatkan dua jenis scrip utama, yaitu HTML dan PHP yang terintegrasi dengan web domain naufal.blogchem.com/tani.html dan bantuan aplikasi berupa notepad++, xampp dan browser. Script HTML digunakan untuk memberikan tampilan luar pada website sekaligus sebagai penyedian form untuk diisi oleh user saat memakai web ini. Sementara script PHP berfungsi menjalankan logika sistem dengan berdasarkan data yang dipilih user saat mengisi form dari website.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun