Desember, meski kerap kita asosiasikan dengan liburan akhir tahun dan cuaca hujan, ternyata juga menjadi bulan penuh sejarah bagi Indonesia. Banyak peristiwa besar yang terjadi pada bulan ini, yang mengubah arah perjalanan bangsa ini. Beberapa momen di Desember mungkin sudah kita ketahui, tapi ada juga yang jarang disorot, padahal mereka punya dampak besar dalam membentuk Indonesia yang kita kenal sekarang.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi di Desember adalah Perundingan Linggarjati pada tahun 1945. Ini bukan perundingan biasa, karena hasilnya cukup menentukan nasib Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945. Sebelum benar-benar merdeka, Indonesia harus menghadapi Belanda yang berusaha kembali menjajah setelah Jepang menyerah.
Pada 10 hingga 15 Desember 1945, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir memimpin delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Van Mook dari Belanda. Meskipun Belanda masih enggan mengakui sepenuhnya kedaulatan Indonesia, perundingan ini berhasil mencatatkan hasil penting: pengakuan de facto Indonesia sebagai negara yang merdeka di wilayah Jawa dan Sumatera.
Meski belum sepenuhnya ideal, perundingan ini jadi salah satu langkah awal yang sangat penting dalam memuluskan jalan menuju pengakuan internasional bagi Republik Indonesia.
Akan tetapi, Desember juga menyimpan kenangan yang cukup kelam. Pada 12 Desember 1998, Indonesia diguncang oleh peristiwa Tragedi Trisakti. Momen ini menjadi salah satu titik balik dalam perjalanan politik Indonesia pasca Orde Baru. Ketika itu, situasi politik di Indonesia semakin tegang. Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah bertahan lama, ditambah dengan krisis ekonomi yang mengguncang Asia, membuat rakyat mulai turun ke jalan.
Namun, siapa sangka, apa yang dimulai sebagai demonstrasi damai, berubah menjadi tragedi. Ketika ribuan mahasiswa berunjuk rasa di Universitas Trisakti, aparat keamanan justru merespons dengan kekerasan, menembaki para mahasiswa dan menyebabkan beberapa korban jiwa.
Peristiwa ini menjadi simbol dari kemarahan masyarakat yang sudah tidak tahan dengan rezim Soeharto. Tragedi Trisakti tidak hanya mengubah jalannya reformasi, tapi juga mempercepat tumbangnya Soeharto yang akhirnya mundur pada bulan Mei 1998. Sebagai catatan, peristiwa ini menjadi pemicu bagi gerakan mahasiswa dan rakyat untuk lebih memperjuangkan kebebasan dan demokrasi.
Selain dua peristiwa besar tadi, Desember juga sering menjadi bulan yang penuh dengan refleksi sejarah. Pada 27 Desember 1949, setelah berbagai perundingan yang panjang, Indonesia akhirnya menerima Pengakuan Kedaulatan dari Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Meskipun Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945, pengakuan internasional ini dianggap sebagai penutup dari perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaannya. Konferensi ini akhirnya menandai berakhirnya era kolonial Belanda di Indonesia, meski ada berbagai tantangan yang harus dihadapi negara muda ini di masa depan.
Kita juga tidak bisa melupakan Tragedi Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004. Walaupun peristiwa ini lebih terkait dengan bencana alam, yakni tsunami yang menghantam kawasan pesisir Aceh, dampaknya sangat besar. Tsunami yang terjadi akibat gempa besar di Samudera Hindia ini mengakibatkan lebih dari 170.000 korban jiwa di Indonesia saja.
Bencana ini juga menjadi pengingat keras bahwa alam bisa begitu brutal, tetapi juga menjadi saksi dari kekuatan solidaritas dan rekonsiliasi. Dalam menghadapi bencana tersebut, Indonesia mendapatkan banyak dukungan dari negara-negara lain, dan masyarakat Aceh yang hancur akibat konflik panjang akhirnya menemukan jalan menuju perdamaian. Bencana ini, meski memilukan, menandai babak baru bagi Indonesia dalam hal pemulihan sosial dan pembangunan (Bappenas, 2005: 34).