Mohon tunggu...
Naufal Tri Hutama
Naufal Tri Hutama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student in the History of Islamic Civilization program

Naufal Tri Hutama is a dedicated student in the History of Islamic Civilization program, currently in his seventh semester. He is passionate about exploring Islamic history and understanding the cultural and social structures that shaped it. His interests also include media and journalism (medpers), providing a unique perspective on historical events. Naufal is particularly focused on Sundanese culture for his portfolio in the Faculty of Adab and Humanities.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sistem Pialang di Padang, Sejarah dan Perkembangannya

23 Juli 2024   23:40 Diperbarui: 26 Juli 2024   11:20 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar di Fort de Kock Sumatera (sumber: Pinterest/Diana Dien)

Pada abad ke-17, Minangkabau menjadi salah satu wilayah yang menarik perhatian bangsa-bangsa Eropa, terutama karena kekayaan alamnya yang melimpah. Sumatera Barat, dengan Padang sebagai ibukotanya, memiliki potensi besar dalam perdagangan rempah-rempah dan emas. Letak geografisnya yang strategis membuat wilayah ini menjadi incaran utama para pedagang dan penjajah dari Eropa, termasuk Belanda.

Sistem pialang Padang merupakan mekanisme perdagangan yang berkembang di kota Padang, Sumatera Barat, pada masa kolonial Belanda. Sistem ini melibatkan para pialang lokal yang berperan sebagai perantara dalam transaksi perdagangan antara pedagang lokal dan pedagang asing.

Pialang di Padang berfungsi sebagai penghubung antara pedagang lokal dan pedagang asing, khususnya dalam perdagangan komoditas utama seperti emas dan kopi. Mereka membantu memfasilitasi transaksi, mengatur pengiriman barang, dan memastikan pembayaran dilakukan dengan lancar.

Masuknya Belanda ke Minangkabau

Bangsa Belanda mulai menancapkan kekuasaannya di Minangkabau sekitar tahun 1665. Kedatangan mereka tidak hanya bertujuan untuk memperluas wilayah kekuasaan, tetapi juga untuk mengontrol perdagangan yang menguntungkan. Pada saat itu, Padang sudah dikenal sebagai pusat perdagangan penting, terutama dalam perdagangan emas.

Belanda mulai menggantikan posisi orang-orang Aceh yang sebelumnya mendominasi perdagangan di wilayah ini. Proses ini tidak berjalan mulus karena banyak keluarga pialang yang memiliki hubungan erat dengan para pedagang Aceh, baik melalui hubungan dagang maupun perkawinan. Namun, dengan berbagai strategi, termasuk penggunaan kekuatan militer, Belanda berhasil mengusir orang-orang Aceh dan menguasai perdagangan di Padang.

Pertumbuhan Sistem Pialang

Pada awalnya, sistem pialang di Padang berkembang melalui kerja sama antara para pedagang lokal dan Belanda. Salah satu strategi Belanda adalah dengan memberikan kredit di muka kepada para pialang terkemuka, sehingga mereka dapat menjalankan perdagangan dengan lebih lancar. Sistem ini terbukti efektif dan menjadi kunci dalam perdagangan emas pada masa-masa awal pendudukan Belanda.

Namun, pada abad ke-18, perdagangan emas mulai merosot. Hal ini menyebabkan banyak pialang kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam perdagangan pantai dan perdagangan asing yang sedang berkembang. Meskipun demikian, sistem pialang tetap bertahan dan terus berkembang, menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ekonomi dan politik yang terjadi.

Selain Belanda, Inggris juga memiliki keterkaitan dalam sejarah Minangkabau. Setelah menyerahkan Jawa kepada Belanda pada akhir Perang Napoleon, Raffles, seorang pejabat tinggi Inggris, melihat potensi strategis Minangkabau dalam konteks kekuatan Inggris di Asia Tenggara. 

Raffles berpendapat bahwa Inggris sebaiknya memiliki basis di salah satu kepulauan Indonesia untuk memperkuat posisinya di wilayah ini. Akhirnya, terjadi perjanjian yang menyerahkan jalur pantai barat Sumatera kepada Inggris, menandai dimulainya campur tangan Inggris di Minangkabau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun