Akar tasawuf dianggap sebagai bentuk ihsan, sehingga ihsan diidentifikasi sebagai inti dari tasawuf, dan sebaliknya. Ihsan dalam konteks ini merupakan bentuk kebaikan transformatif yang dilakukan oleh individu kepada individu lainnya. Ihsan tidak hanya
berfokus pada memberikan kebaikan kepada sesama manusia, tetapi juga melibatkan alam dan lingkungan hidup, serta memiliki dimensi yang mendalam kepada Allah, menjadi dasar dari kebaikan terhadap sesama.
Tasawuf sendiri merupakan suatu usaha untuk membersihkan jiwa dari kekotoran, kemusyrikan, penyakit hati, dan sifat-sifat buruk lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Terdapat beberapa teori etimologi mengenai asal-usul kata "tasawuf".
Pertama, kata tersebut mungkin berasal dari "safa," yang berarti bersih dan jernih, mencerminkan jiwa sufi yang dianggap suci dan selalu meninggalkan jejak positif. Meskipun ditolak oleh beberapa pakar bahasa, teori ini mempertimbangkan konsep kesucian.
Teori kedua mengusulkan bahwa "tasawuf" berasal dari "saff," yang berarti barisan, merujuk pada kehadiran sufi di barisan pertama di hadapan Allah. Mereka berhasil membangun persaudaraan rohani, saling memanggil satu sama lain sebagai "ikhwan" atau saudara.
Teori ketiga menyarankan bahwa "tasawuf" dapat berasal dari "safwah," yang berarti pilihan. Para sufi dianggap sebagai umat pilihan karena kesucian jiwa mereka dan kedekatan mereka dengan Allah.
Teori keempat menyatakan bahwa "tasawuf" mungkin berasal dari "suffah," tempat duduk yang terbuat dari batu atau kayu. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan sufi yang tidur di bangku kecil agar bisa bangun untuk tahajud.
Teori kelima menyebutkan bahwa "tasawuf" mungkin memiliki akar dari bahasa Yunani, "theoshopy," yang berarti kearifan Tuhan.
Teori keenam mengaitkan "tasawuf" dengan kata "suff," yang berarti bulu domba. Ini mencerminkan gaya hidup sederhana para sufi yang sering berpindah-pindah dan hidup dengan sederhana.
Pada masa Rasulullah, meskipun kata "tasawuf" tidak ditemukan dalam Al-Qur'an dan hadis, nilai-nilai dan substansi tasawuf tercermin dalam kepribadian Rasulullah dan para sahabat. Kehidupan mereka mencerminkan kesucian jiwa, kesederhanaan, keikhlasan dalam beribadah, serta semangat untuk menyebarkan Islam dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Rasulullah menjadi contoh utama bagi umat dalam menjalani kehidupan tasawuf yang seimbang, memperhatikan baik kehidupan dunia maupun akhirat, serta menjalankan tanggung jawab individu dan sosial dengan seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H