Naufal Muhammad Rafsanjani
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Seperti yang kita ketahui bahaya merokok di kalangan remaja bukan hanya perihal adiksi atau candu, namun juga dapat mempengaruhi sistem kerja otak yang dapat membuatnya susah dalam mengendalikan emosi dan mengambil keputusan. “Nikotin dalam rokok dapat mengganggu perkembangan otak remaja sehingga mengganggu keseimbangan emosional remaja. Jadi, kalau remaja sudah menggunakan zat dalam hal ini adalah nikotin sebelum usia 20 tahun, maka akan mengganggu system kelistrikan Prefontal Korteks sehingga remaja tersebut tidak dapat mengendalikan emosi dan impuls, serta sulit untuk memutuskan sesuatu yang baik”, Begitu disampaikan dr. Tribowo Tuahta G, Sp.KJ dalam Webinar Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan tema “Commit to Quit” yang diadakan Pergerakan anggota Muda Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (PAMI) Nasional, ditulis Rabu (9/6/2021).
Rokok memiliki efek samping atau resiko bagi kehidupan yang sudah sangat banyak disampaikan baik di media ataupun seminar bahkan terkadang peringatan dari orang terdekat kita, serta kenaikan harga rokok yang sempat melambung secara tiba-tiba membuat kalangan remaja mulai memilih untuk beralih dari rokok pada umumnya menjadi vapor. Wacana naiknya harga rokok menjadi Rp 50 ribu per bungkus, menjadi perbincangan para perokok yang membuat mereka beralih ke vapor atau vaporizer. Selain hemat vapor juga menjadi perbincangan karena pemakaiannya aman dan lebih sehat bagi kesehatan, penjualannya pun kini makin melesat dan terkontrol. Vapor adalah alat elektronik pengganti rokok yang cara kerjanya membakar cairan khusus atau liquid agar menguap dan mengeluarkan asap pada saat dihisap.
Semenjak isu kenaikan harga rokok, keberadaan vapor semakin menjamur dan ramai dibicarakan para perokok. Peredaran vapor memang cepat menyebar namun juga tetap terkontrol dikarenakan hanya usia diatas 18 tahun yang boleh menggunakan . Kondisi berbeda yang terjadi pada rokok yang terjual bebas sehingga dapat dibeli masyarakat berbagai usia.
Rokok elektrik atau yang sering kita dengar dengan sebutan vape dianggap lebih aman dan sehat dibanding rokok tembakau pada umumnya. Karena anggapan tersebut ramai kaum remaja yang tertarik dan mencoba vape, mereka mencoba karena percaya vape dapat mengurangi resiko penyakit pada konsumsi rokok biasa seperti penyakit kanker, jantung koroner, paru-paru, dan banyak lainnya. Tanpa mereka sadari mereka telah terbawa arus trend pada remaja seperti umumnya.
Kandungan dan bahan rokok tembakau adalah tembakau, Nikotin, tar, filter dan ketas yang menjadi inti pokok pembuatannya. Nikotin adalah salah satu zat di dalam rokok yang membuat adiksi atau candu, ketika sudah candu rasanya kita ingin merokok lagi dan lagi. Cairan liquid pada vape pun sama, memliki nikotin dan terkadang ada yang kadarnya tinggi, ini juga hal yang serupa membuat candu dan terus menerus rasa ingin vaping.
Penggunaan pada vape itu sendiri pun berpengaruh terhadap seberapa banyak nikotin yang dikonsumsi. Para pengguna vapor dapat cenderung memiliki resiko ketegantungan. Penyebanya adalah kadar nikotin serta pembakaran pada tegangan tinggi dapat menghasilkan nikotin yang tinggi pula ketika dihisap. Senyawa tersebut dapat mencapai otak hanya dalam waktu 15 detik saja setelah dihisap.
Usia yang masih labil membuat kaum remaja yang kurang akan pengtahuan terhadap dampak buruk rokok maupun vape, mengakibatkan mereka memilih gaya hidup yang tidak sehat, apalagi seiring teknologi dan gaya hidup di perkotaan yang membuat mereka lebih sulit untuk mengedepankan gaya hidup sehat. Jadi kita sebagai pemuda seharusnya lebih tau bahwa gaya hidup sehat yang baik lebih bagus dibanding terbawa oleh trend buruk yang tidak ada untungnya. maka dari itu saya mengajak remaja agar lebih positif dan selektif dalam menyikapinya.
Sumber: