Mohon tunggu...
Naufal Rafi Aqil Putra
Naufal Rafi Aqil Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Efek Merusak Buzzer dan Hoax terhadap Elektabilitas dalam Pemilu

25 September 2024   21:25 Diperbarui: 25 September 2024   21:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Latar Belakang

    Fenomena penyebaran berita palsu atau hoax serta disinformasi dalam periode pemilu seringkali terjadi. Biasanya penyebaran berita hoax dan disinformasi ditujukan untuk menyudutkan salah satu paslon dengan alasan untuk memanipulasi opini publik terhadap mereka agar dapat menurunkan elektabilitas mereka dimasyarakat. Seringkali, penyebaran hoax atau disinformasi disusupi oleh pihak-pihak tertentu dengan agenda mereka masingmasing. Penyebab maraknya penyebaran berita hoax saat pemilu atau kontestasi politik lainnya tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh buzzer. Dalam menyebarkan berita hoax dan disinformasi, buzzer biasanya lebih cenderung memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk menyebarkan berita hoaxnya. Hal ini dikarenakan media sosial mudah sekali dalam menjangkau audiens-audiens yang ditargetkan dan seringkali audiens-audiens tersebut membantu menyebarkan berita palsu atau hoax tersebut tanpa dicek kebenarannya terlebih dahulu. 

 

    Alasan buzzer menyebarkan berita palsu atau hoax tentu ada banyak tujuannya, diantaranya adalah yang pertama untuk pengaruh politik. Buzzer sering kali bekerja untuk kepentingan politik kalangan tertentu, berita hoax yang disebarkan oleh buzzer  dapat digunakan untuk mendiskreditkan lawan politik atau membangun citra positif bagi kandidat yang mereka dukung. Lalu yang kedua adalah manipulasi opini publik, dengan menyebarkan berita hoax tentu bisa mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu penting atau kandidat tertentu. Hoax seringkali digunakan untuk membentuk opini secara cepat sebelum masyarakat bisa mengecek fakta dari berita tersebut. Lalu yang paling umum biasanya tujuan buzzer dalam menyebarkan berita palsu atau hoax adalah untuk mendapat keuntungan finansial. Beberapa buzzer dibayar untuk meningkatkan popularitas atau engagement di media sosial, tanpa peduli apakah informasi yang disebarkan benar atau salah.

 

Isi

    Apa yang dimaksud dengan hoax? Hoax adalah informasi palsu yang sengaja dibuat untuk menutupi kebenaran. Singkatnya, hoax adalah upaya untuk memanipulasi fakta dengan menggunakan informasi yang terlihat meyakinkan, tetapi kebenarannya tidak bisa diverifikasi. Hoax sering digunakan oleh pihak-pihak tertentu demi mencapai tujuan pribadi atau kepentingan mereka. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang bijak, kita perlu memverifikasi kebenaran dan fakta dari setiap informasi yang kita terima sebelum menyebarkannya. Selain hoax, tentu masih ada banyak bentuk gangguan lainnya. informasi lainnya  yang seringkali kita temukan di era globalisasi seperti sekarang. Diantaranya adalah misinformasi, disinformasi dan malinformasi. Lalu tentu kita harus mengetahui definisi dari pelaku penyebaran hoax itu sendiri, yaitu buzzer. Buzzer adalah orang yang memanfaatkan akun sosial media miliknya guna menyebarluaskan informasi atau melakukan suatu promosi maupun iklan dari suatu produk atau jasa pada perusahaan atau instansi. Mereka bisa mendapatkan penghasilan dengan mempromosikan, mengkampanyekan, atau mendengungkan suatu topik. Namun, seringkali dalam periode pemilu buzzer dijadikan sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik terhadap salah satu paslon serta sebagai alat untuk memperburuk elektabilitas paslon dengan cara mendiskreditkan paslon tersebut. 

 

    Elektabilitas sering dikaitkan dengan tokoh partai politik, terutama menjelang pemilihan legislatif dan umum. Semakin tinggi elektabilitas, semakin besar peluang calon tersebut untuk dipilih. Dalam politik, kandidat dengan elektabilitas dan popularitas yang tinggi memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan pemilu. Elektabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kandidat memiliki kemungkinan besar untuk dipilih oleh masyarakat, tetapi hal ini tidak berarti tanpa popularitas yang memadai. Oleh karena itu, popularitas juga menjadi faktor penting. Singkatnya, kombinasi elektabilitas dan popularitas yang tinggi memudahkan kandidat untuk meraih dukungan publik dan memenangkan pemilu. Namun, dengan penyebaran berita palsu atau hoaks, pihak tertentu bisa memanfaatkan buzzer untuk memengaruhi elektabilitas calon di mata masyarakat, yang pada akhirnya dapat memengaruhi opini publik dan kepercayaan terhadap calon tersebut.

    Adapun contoh berita palsu atau hoax yang seringkali digunakan oleh buzzer adalah seperti bullying, hate speech, dan propaganda. Cara paling umum untuk menyebarkan hal-hal seperti itu adalah dengan memotong-motong video pidato paslon tanpa konteks dengan tujuan untuk mendiskreditkan dan menggiring opini public yang negatif ke paslon tersebut. Adapun peran media tak hanya memberikan informasi yang valid namun juga memberikan edukasi dan pengetahuan masyarakat mengenai pemilu. Edukasi dan pengetahuan politik merupakan hal yang esensial agar masyarakat tidak mudah untuk terpengaruh oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Media juga akan memiliki peran sebagai pengawas pemilu. Peran media massa memudahkan masyarakat untuk melakukan pelaporan jika adanya indikasi penyebran berita palsu atau hoax serta pelanggaran-pelanggaran lain saat pemilu berlangsung. 

 

Penutup

    Sebagai penutup, ada beberapa solusi untuk mengatasi penyebaran berita palsu atau hoaks oleh buzzer. Pertama, waspadai judul yang provokatif. Berita hoaks sering kali memiliki judul yang sensasional dan provokatif, seperti menuduh pihak tertentu secara langsung. Isinya mungkin berasal dari sumber berita resmi, tetapi diubah sedemikian rupa untuk memunculkan persepsi sesuai keinginan pembuat hoaks. Kedua, perhatikan alamat situs. Jika informasi berasal dari situs web atau tautan, periksalah URL-nya. Berita dari situs yang sudah diverifikasi oleh Dewan Pers lebih dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Ketiga, lakukan pengecekan fakta. Perhatikan asal-usul berita dan siapa sumbernya. Apakah sumbernya berasal dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Penting juga untuk memeriksa keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak akan mendapatkan pandangan yang komprehensif. Selain itu, penting membedakan antara berita yang berbasis fakta dan yang berbasis opini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun