5. Pembentukan Opini Jokowi Lemah dan Pro Oligarki
Yang jelas, ada yang diuntungkan oleh rangkaian keriuhan di atas, yaitu para elit yang memang berharap posisi Jokowi semakin lemah agar bisa mereka kontrol. Ketika posisi Jokowi melemah, maka akan lebih mudah dipaksa mengikuti kepentingannya. Dalam rangkaian peristiwa di atas, para penumpang gelap ini pun tak hanya diam menonton. Mereka justru saling menumpangi, memanas-manasi, bahkan turut memperparah keadaan sembari membentuk opini negatif untuk melemahkan Jokowi.
Maka, terkait aksi mahasiswa 23 September 2019 di Gejayan, Yogyakarta dan berbagai kota lain hari ini, kita layak mengapresiasi jalannya aksi yang relatif tertib. Ramainya keterlibatan mahasiswa juga memperlihatkan adanya kepedulian terhadap berbagai RUU bermasalah. Dan memang, pemerintah pun sejalan dengan aspirasi itu, mengingat Jokowi selalu memperjuangkan regulasi yang sesuai kebutuhan rakyat. Tapi perlu digarisbawahi, bahwa di balik semua kebisingan itu selalu ada pihak yang mengincar kesempatan dan memanfaatkannya demi kepentingan sempit. Mereka menjadikan semua huru-hara untuk menekan presiden dan mendesakkan kepentingannyai.
Akhir kata, kita memang hidup di tengah demokrasi. Tak ada larangan bersuara, bersikap, berdemonsteasi, dan sebagainya. Tapi ingat, dalam politik, setiap pernyataan dan sikap bisa menjadi umpan bagi para elit oligarkhi yang berusaha membelokkan proses demi kepentingannya sendiri. Dalam posisi ini, *tak ada pilihan bagi kita selain mengawal Jokowi, meghadapi setiap upaya pelemahan oleh para elit."* Jika tak melihat situasi dengan jernih, tanpa sengaja, kita justru bisa membantu upaya para elit dalam melemahkan Jokowi dan membelokkan proses demokrasi. Semoga kita semua makin dewasa berdemokrasi dan berbangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H