Mohon tunggu...
Naufal Muzaki
Naufal Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama Saya Muhamad Naufal Muzaki, lahir pada tanggal 13 November 2004, menjadikan saya anak pertama dan satu-satunya di keluarga ini. Kehadiran saya menjadi anugerah yang membahagiakan bagi kedua orang tua saya yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam kehidupan sehari-hari, saya tumbuh sebagai remaja yang berenergi dan bersemangat. Hobi-hobi saya mencakup berbagai jenis olahraga, seperti futsal, voli, jogging, dan berbagai kegiatan olahraga lainnya. Aktivitas ini tidak hanya memperkuat tubuh saya, tetapi juga menjadi sarana untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Ketertarikan saya pada futsal dan voli memperlihatkan semangat kompetitif dan kerjasama tim yang telah saya kembangkan sejak dini. Sementara itu, kegemaran saya dalam jogging mencerminkan hasrat saya terhadap gaya hidup aktif dan sehat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Partisipasi Pemilih Muda: Membangun Masa Depan Demokrasi

11 Desember 2023   20:59 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu sebagai pilar utama dalam sistem demokrasi membutuhkan keterlibatan semua lapisan masyarakat, termasuk pemilih muda yang memiliki peran krusial dalam membentuk arah masa depan negara. Partisipasi pemilih muda bukan sekadar hak, melainkan fondasi kuat dalam konstruksi demokrasi yang dinamis dan relevan.

Minggu (7 Februari 2023) dalam rapat pleno publik tentang Garis Besar Daftar Pemilih Tetap (DPT) tingkat nasional untuk Pemilu 2024 yang digelar di Gedung KPU. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT)  sebanyak 204.807.222 pemilih pada pemilu 2023. Dari jumlah tersebut, generasi Milenial mempunyai porsi terbesar yaitu 33,6%. Milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1981 dan 1996. Berikutnya, Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2009 menyumbang 22,9% dari seluruh DPT yang diidentifikasi KPU pada pemilu 2024.Dari kedua generasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilih muda memperoleh lebih dari 50% total suara dibandingkan pemilih lanjut usia lainnya yang  berusia di atas 45 tahun atau  tidak muda.

Dari data diatas pemilih muda memiliki potensi besar untuk membawa perubahan signifikan dalam arus politik. Namun, tantangan besar muncul ketika melibatkan generasi ini dalam proses pemilu. Salah satu permasalahan utama adalah apatis politik yang sering kali merajalela di kalangan pemilih muda. Rasa tidak percaya, ketidakpuasan, dan kurangnya kepercayaan pada sistem politik menjadi hambatan utama yang perlu diatasi.

Pentingnya memahami bahwa pemilu bukan hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga bagaimana proses tersebut mencerminkan kepentingan dan nilai dari setiap individu, terutama pemilih muda. Oleh karena itu, pendekatan inklusif dan edukatif perlu diterapkan untuk memotivasi partisipasi mereka.

Langkah pertama dalam membangun partisipasi pemilih muda adalah dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sistem politik, peran mereka, dan dampak dari keputusan politik. Program pendidikan pemilih yang menyeluruh dan terintegrasi dapat menciptakan pemilih muda yang lebih terinformasi dan terlibat secara aktif dalam diskusi kebijakan.

Selain itu, penerapan teknologi dan media sosial sebagai sarana untuk menghubungkan pemilih muda dengan proses politik dapat membantu menciptakan ruang partisipatif yang lebih dinamis. Kampanye sosial, webinar, dan platform interaktif dapat menjadi alat yang efektif untuk menjangkau pemilih muda di dunia digital yang semakin dominan.

Partisipasi pemilih muda bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tugas partai politik, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara keseluruhan. Pemahaman bahwa suara mereka memiliki dampak nyata dalam pembentukan kebijakan dan arah negara adalah kunci untuk membuka pintu partisipasi yang lebih besar.

Membangun masa depan demokrasi membutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak. Pemilih muda adalah pilar penting yang dapat membentuk pondasi demokrasi yang kokoh dan inklusif. Melalui pendidikan, keterlibatan, dan aksesibilitas yang ditingkatkan, kita dapat membimbing generasi muda menuju peran yang lebih aktif dalam proses pemilu dan membantu mereka memahami bahwa mereka memiliki peran vital dalam membentuk masa depan demokrasi kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun