Oleh : Naufal Faza Asyifa (Mahasiswa PGSD UNNES) dan Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd. (Dosen PGSD FIPP, Universitas Negeri Semarang)
Ketika kita memikirkan masa depan pendidikan, teknologi terus memainkan peran yang semakin penting. Salah satu perkembangan paling menonjol adalah penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) dalam pengembangan kurikulum. AI telah membuka pintu bagi pendidikan yang lebih adaptif, responsif, dan personal. Namun, seiring dengan semua potensi ini, muncul pula berbagai pertanyaan dan tantangan yang perlu kita jawab.
Salah satu aspek yang paling menarik dari pengembangan kurikulum berbasis AI adalah kemampuan untuk membuat pengalaman belajar yang lebih personal. AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang sangat mendalam tentang setiap siswa. Ini memungkinkan guru dan perancang kurikulum untuk merancang program pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan, minat, dan kebutuhan individu siswa. Dengan demikian, tidak ada lagi pendidikan satu ukuran cocok untuk semua.
Kurikulum berbasis AI juga membantu dalam mendeteksi dan mengatasi kesenjangan belajar. Ini berarti, jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran, sistem AI dapat memberikan bantuan tambahan. Sebaliknya, jika seorang siswa menunjukkan tingkat kemampuan yang tinggi, ia dapat diberikan tugas yang lebih menantang. Ini memastikan bahwa siswa tidak hanya melanjutkan dengan kurikulum, tetapi juga benar-benar memahami materi.
Namun, dalam perjalanan menuju pendidikan yang lebih adaptif, kita juga perlu berhati-hati dengan tantangan etika. Ada pertanyaan tentang bagaimana data siswa disimpan, dikelola, dan digunakan. Privasi siswa adalah hal yang sangat penting dan harus dijaga dengan seksama. Kita perlu mengembangkan kerangka kerja yang ketat untuk mengatur penggunaan data dalam pendidikan.
Selain itu, peran guru dalam pengajaran tetap sangat penting. AI adalah alat yang kuat, tetapi itu hanya alat. Guru adalah yang memberikan pengalaman belajar yang mendalam, membantu siswa memahami nilai-nilai, dan mendukung perkembangan karakter mereka. Dalam pengembangan kurikulum berbasis AI, kita juga harus memastikan bahwa peran guru dihormati dan diperkuat.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh pengembangan kurikulum berbasis AI, kita harus merancang masa depan pendidikan dengan bijaksana. Hal tersebut adalah langkah besar menuju pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan relevan. Dengan menggabungkan teknologi dengan kebijakan dan nilai-nilai yang kuat, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih kuat dan siap untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berubah dan semakin terhubung.
Pengembangan kurikulum yang berbasis AI juga membuka pintu untuk meningkatkan pengukuran hasil pendidikan. Dengan data yang dikumpulkan melalui teknologi AI, kita dapat mengukur prestasi siswa dan memahami kemajuan mereka secara lebih akurat. Hal tersebut memungkinkan kita untuk mengidentifikasi tren pembelajaran, mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian lebih, dan merancang program pembelajaran yang lebih efisien.
Selain itu, pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan AI memungkinkan pembelajaran sepanjang hayat. Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, di mana teknologi terus berkembang, siswa perlu terus belajar dan berkembang sepanjang hidup mereka. Kurikulum berbasis AI dapat mendukung pendekatan ini dengan memberikan akses ke sumber daya pembelajaran yang relevan dan disesuaikan dengan kebutuhan individu, tidak hanya selama masa sekolah, tetapi juga dalam karier mereka.
Tantangan besar lainnya adalah perbedaan akses ke teknologi. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama ke perangkat dan konektivitas internet yang diperlukan untuk memanfaatkan kurikulum berbasis AI. Lembaga pendidikan dan pemerintah untuk dapat berinvestasi dalam infrastruktur teknologi dan memastikan kesetaraan akses sehingga tidak ada siswa yang terpinggirkan.