Mohon tunggu...
naufalfaharmuhammad
naufalfaharmuhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

Mahasiswa IPB University

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pangan Berkualitas Untuk Masa Depan Indonesia

27 Desember 2024   19:27 Diperbarui: 27 Desember 2024   20:23 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kualitas pangan di Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung kesehatan masyarakat. Negara ini kaya akan sumber daya alam yang melimpah, namun kenyataan di lapangan sering kali tidak sesuai dengan harapan. Kualitas pangan yang tersedia masih sering kurang optimal, baik dari segi kandungan gizi maupun keamanan pangan. Masih banyak bahan pangan yang terkontaminasi atau distribusi pangan bergizi yang belum merata ke daerah terpencil. Deputi Bidang Pelatihan, penelitian dan pengembangan (Lalitbang) BKKBN, Prof. drh. M.Rizal M Damanik mengatakan kondisi ini bukan hanya masalah kesehatan sehari-hari, tetapi juga menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka stunting di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 30,8% pada 2018 menjadi 21,6% pada 2022. Meski demikian, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan target WHO yang menetapkan batas maksimal 20% pada 2024.


Permasalahan pangan di Indonesia tidak hanya berkisar pada ketersediaan, tetapi juga kualitas. Banyak bahan pangan yang beredar di pasar masih rendah kandungan gizinya. Akses terhadap pangan bergizi seperti daging, sayuran segar, dan buah-buahan masih menjadi tantangan besar, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil. Ketimpangan distribusi pangan memperburuk situasi ini, terutama di wilayah timur Indonesia yang sering kali tertinggal. Padahal, pangan berkualitas adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif.


Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pangan melalui berbagai program. Salah satunya adalah fortifikasi bahan makanan, yaitu penambahan vitamin atau mineral pada beras dan minyak goreng. Pemerintah juga memperketat pengawasan keamanan pangan agar produk yang beredar di pasar aman untuk dikonsumsi. Namun, langkah-langkah ini masih menghadapi banyak kendala. Koordinasi antar instansi sering kali kurang optimal, ditambah lagi banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami pentingnya makanan bergizi. Oleh karena itu, program seperti fortifikasi perlu disertai dengan edukasi yang masif agar masyarakat tidak hanya mengetahui, tetapi juga memahami manfaatnya.


Sebagai negara agraris, Indonesia sebenarnya memiliki peluang besar untuk mengolah sumber daya lokal menjadi bahan pangan berkualitas. Sayangnya, bahan pangan lokal seperti ubi jalar, singkong, dan sagu masih sering dipandang sebelah mata. Padahal, makanan-makanan ini kaya akan gizi dan dapat menjadi alternatif yang murah tetapi sehat. Petani lokal perlu mendapatkan dukungan yang lebih serius, baik melalui pelatihan maupun akses terhadap teknologi modern, agar hasil panen mereka mampu bersaing. Diversifikasi pangan juga sangat penting, karena ketergantungan yang berlebihan pada beras tidak baik untuk keberlanjutan pangan.


Masalah lain yang juga serius adalah tingginya kerusakan pascapanen. Banyak bahan pangan yang sebenarnya berkualitas justru terbuang percuma karena infrastruktur yang kurang memadai. Fasilitas penyimpanan dingin masih minim, dan jalur distribusi sering kali buruk. Jika kondisi ini terus dibiarkan, peningkatan kualitas pangan akan sulit terwujud. Pemerintah perlu serius berinvestasi dalam infrastruktur pangan, mulai dari gudang penyimpanan hingga jalan dan transportasi yang memadai. Selain itu, teknologi pengolahan makanan yang dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan juga perlu dikembangkan lebih lanjut.


Selain peran pemerintah, masyarakat juga memegang peran penting. Edukasi tentang gizi seimbang tidak dapat diabaikan. Masih banyak keluarga yang belum memahami pentingnya konsumsi makanan bergizi. Kampanye seperti "Isi Piringku" dari Kementerian Kesehatan adalah langkah yang baik, tetapi implementasinya perlu diperluas. Edukasi ini juga sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan dan kebutuhan masyarakat di setiap daerah. Misalnya, mengajarkan cara memasak bahan pangan lokal yang kaya gizi agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan pendekatan ini, masyarakat tidak hanya memahami pentingnya gizi, tetapi juga tergerak untuk memanfaatkan bahan pangan yang tersedia di sekitar mereka.


Di sisi lain, sektor swasta juga harus ikut berkontribusi. Perusahaan pangan dapat memberikan kontribusi melalui inovasi produk yang lebih sehat dan terjangkau. Contohnya adalah mengembangkan makanan instan yang difortifikasi dengan vitamin dan mineral. Solusi ini dapat membantu masyarakat yang sibuk tetapi tetap ingin mengonsumsi makanan bergizi. Namun, inovasi ini harus benar-benar memberikan manfaat dan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata. Transparansi produk pangan juga perlu ditingkatkan, sehingga konsumen memahami kandungan gizi dalam produk yang mereka konsumsi.


Fokus pada peningkatan kualitas pangan di Indonesia adalah langkah penting untuk menciptakan generasi yang sehat dan produktif. Ketersediaan pangan bergizi yang merata, dukungan untuk petani lokal, serta edukasi masyarakat harus menjadi prioritas utama. "Stunting adalah masalah kesehatan yang sering dialami balita di Indonesia akibat gizi buruk, hal tersebut bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab bersama sebagai pemuda muslim bangsa ini" ujar Prof. drh. M. Rizal M Damanik dalam pemaparannya pada Latihan Kader II (Intermediate Training) HMI Cabang Bogor (23/12/2024). Menjaga kualitas dan kuantitas pangan bahkan dapat dianggap sebagai bentuk ibadah, terutama bagi pemuda muslim. Sebab, ibadah membutuhkan energi, dan energi itu diperoleh dari makanan yang sehat dan bergizi. Oleh karena itu, setiap langkah untuk memastikan akses pangan berkualitas juga merupakan kontribusi bagi pembangunan bangsa sekaligus wujud tanggung jawab spiritual.


Jika semua pihak (pemerintah, pelaku industri, dan Masyarakat) dapat bekerja sama, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbaiki kualitas pangan. Ini bukan hanya untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan. Makanan yang sehat adalah investasi jangka panjang untuk generasi mendatang, dan hal ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan memanfaatkan potensi yang ada secara optimal, kita dapat memastikan seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dapat menikmati pangan yang berkualitas.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pendekatan komprehensif diperlukan. Pertama, perluasan akses pangan bergizi harus menjadi prioritas, terutama di daerah-daerah terpencil. Pemerintah dapat bermitra dengan komunitas lokal untuk memastikan distribusi pangan yang lebih merata. Kedua, dukungan terhadap petani lokal harus ditingkatkan. Mereka adalah garda terdepan dalam menyediakan bahan pangan berkualitas. Pelatihan dan teknologi yang tepat akan membantu mereka meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.


Ketiga, konsumen juga perlu didorong untuk lebih sadar akan pilihan makanan mereka. Budaya konsumsi pangan lokal yang sehat dan bergizi harus terus digaungkan. Misalnya, melalui kampanye-kampanye yang melibatkan influencer atau figur publik yang dapat menjangkau generasi muda. Edukasi tentang manfaat makanan lokal tidak hanya akan memperkuat sektor pertanian, tetapi juga menciptakan rasa bangga terhadap kekayaan kuliner Indonesia.


Keempat, pengawasan terhadap industri pangan harus diperketat. Produk yang beredar di pasaran harus memenuhi standar gizi dan keamanan yang ketat. Regulasi yang tegas akan memastikan bahwa masyarakat mengonsumsi produk yang benar-benar bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, penelitian dan pengembangan di sektor pangan juga perlu diperkuat. Inovasi berbasis riset akan membuka jalan bagi diversifikasi pangan yang lebih baik di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun