Visi Indonesia Emas 2045 bukanlah sekadar impian yang bisa dicapai dengan mudah. Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, kita harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, khususnya generasi muda yang saat ini sedang mengenyam pendidikan tinggi. Di tengah era disrupsi digital yang semakin pesat, saya percaya bahwa mahasiswa memiliki posisi kunci sebagai agen perubahan dalam membangun masa depan Indonesia.
Namun, pertanyaannya adalah: apakah mahasiswa kita siap menghadapi tantangan yang muncul dari era disrupsi digital ini? Apakah perguruan tinggi sudah memberikan bekal yang cukup untuk menjadikan mereka motor penggerak inovasi?
Tidak dapat dipungkiri, disrupsi digital membawa tantangan besar bagi mahasiswa. Teknologi terus berkembang, sementara tuntutan dunia kerja dan industri semakin tinggi. Mahasiswa harus mampu menavigasi perubahan ini dengan cepat dan adaptif. Namun, banyak dari mereka yang belum sepenuhnya memahami dampak jangka panjang dari disrupsi digital terhadap profesi dan karier mereka.
Pendidikan tinggi, yang seharusnya menjadi tempat mahasiswa mengasah keterampilan teknis dan kritis, masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan tuntutan industri 4.0. Kurikulum di banyak universitas cenderung tertinggal dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat. Sebagai contoh, meskipun banyak universitas telah memperkenalkan mata kuliah terkait teknologi digital, pengajaran sering kali bersifat teoritis dan kurang memberikan pengalaman praktis yang relevan.
Ini menjadi ironi besar. Di satu sisi, mahasiswa adalah harapan bangsa. Di sisi lain, sistem pendidikan tinggi kita masih perlu berbenah agar mampu mencetak lulusan yang siap bersaing di pasar global yang kini didominasi oleh teknologi.
Meski tantangan di era disrupsi digital cukup besar, saya berpendapat bahwa peluang yang tersedia jauh lebih besar, terutama bagi mahasiswa. Sejarah telah menunjukkan bahwa inovasi selalu lahir di masa krisis atau perubahan besar. Mahasiswa masa kini tidak hanya berhadapan dengan dunia yang berubah, tetapi juga memiliki akses yang lebih mudah ke sumber daya teknologi yang bisa mereka manfaatkan untuk menciptakan solusi baru.
Lihatlah bagaimana banyak mahasiswa telah sukses mendirikan startup berbasis teknologi, baik di bidang transportasi, fintech, maupun e-commerce. Startup seperti Gojek dan Bukalapak, yang didirikan oleh lulusan muda, adalah contoh nyata bagaimana inovasi digital dapat membawa perubahan besar bagi ekonomi Indonesia. Jika mahasiswa bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, saya yakin bahwa mereka bisa menjadi pionir dalam transformasi digital yang akan membawa Indonesia menuju era emas 2045.
Namun, untuk mewujudkan potensi ini, kita juga harus realistis. Mahasiswa tidak bisa bergerak sendiri. Diperlukan kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan industri untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi. Pemerintah harus memperkuat dukungan terhadap riset dan pengembangan teknologi di perguruan tinggi, serta menciptakan regulasi yang mendorong kolaborasi antara akademisi dan sektor industri.
Saya juga percaya bahwa industri harus mengambil peran lebih aktif dalam membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan mereka melalui program magang, mentorship, dan inkubator bisnis. Dengan keterlibatan yang lebih mendalam dari dunia industri, mahasiswa akan memiliki peluang lebih besar untuk mengasah kemampuan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Pada akhirnya, saya berpendapat bahwa mahasiswa memiliki peran yang sangat krusial dalam membawa Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045. Disrupsi digital memang menghadirkan tantangan besar, tetapi dengan inovasi, kolaborasi, dan dukungan yang tepat, mahasiswa Indonesia dapat menjadi motor penggerak perubahan yang akan membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah.
Mahasiswa adalah masa depan Indonesia. Di tangan mereka, visi Indonesia Emas 2045 bisa menjadi kenyataan, asalkan kita semua -- mulai dari perguruan tinggi, pemerintah, hingga sektor industri -- bersatu dalam memberikan dukungan dan memfasilitasi mereka untuk berkembang di era disrupsi digital ini.