Hidup, adalah sebuah perjalanan yang tak tentu semua tentang bagaimana seseorang menjalaninya. Saya ingin menganalogikan hidup dari sebuah perjalanan pendek yang tiada arti ketika saya berlibur ke Kota Bogor.
Perjalanan saya kali ini bukanlah tanpa alasan, tapi ini adalah saran dari salah seorang guru saya di tempat praktek lapangan, dia memang bukan seorang guru tapi saya menyebutnya demikian, perjalanan kali ini sangat erat kaitannya dengan cita-cita saya untuk menjadi seorang penullis.Â
Katanya seorang penulis bukan hanya dengan membaca tapi berjalan, "karena apabila dengan hanya membaca maka tulisan itu palsu", dari saran beliau tersebut saya memutuskan bahwa diakhir minggu ini saya harus jalan-jalan untuk mencari apa maksud dari pernyataan tersebut, dia mengatakan seorang penulis besar seperti Ken Blanchard, JK Rowling, dan Stephan King adalah orang-orang  yang gemar berjalan-jalan "namun bukan hanya jalan-jalan"."Namun bukan hanya jalan-jalan" menurut saya itu adalah sebuah pesan darinya yang hanya bisa saya temukan setelah benar-benar melakukannya.
Weekend kali ini saya memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke Kota Bogor, pagi ini seperti biasa selalu jam sepuluh atau paling cepat jam sembilan karena saya sering tidur malam walau hanya sekadar membaca, saya harus tetap pergi  jalan-jalan dengan berharap bisa kutemukan hal unik untuk diceritakan dan ditulis, ini semakin dekat dengan cita-cita (ekspektasi). Siang ini sekitar jam 13:45 saya bersiap berangkat ke Kota Bogor dengan semangat walaupun ada sesuatu yang mengganjal di dalam pikiran, saya harap ini bukan apa-apa munkin karena tidur terlalu malam saja. Saya memulai perjalanan menggunakan ojek online gratis karena baru dapat voucher dari aplikasinya, ini kebetulan benget.
Setelah melihat rute dari google maps semalam, saya harus naik kereta api dari Stasiun Klender Jakarta Timur transit di Jatinergara lalu naik kereta menuju Bogor. "Bang ke stasiun Juanda dong" padahal tujuan semula saya adalah Stasiun Bogor, saya harap ini bukan apa-apa, selama perjalanan ke Stasiun Jatinegara biasa-biasa saja karena ini hari minggu kereta tak begitu ramai, ya saya berharap ini akan menjadi perjalanan yang indah dan benar kereta menuju Jatinegara tak begitu ramai.Â
Saya bisa bergolek di tempat duduk karena memang tidak ada orang dan begitupun ketika menaiki kereta api menuju Bogor, penumpangnya tidak begitu ramai sehingga tidak ada hukum prioritas kali ini, biasanya kalau ramai petugasnya suka bilang, "mohon maaf mas prioritaskan ibu-ibu hamil, lansia atau anak-anak ya," bisa lemas kalau berdiri saja sampai Bogor. Selama perjalanan telinga ini tak pernah ikut campur masalah dunia, saya selalu memakai handset dengan memutar lau Bon Jovi dan Gun n Roses kesukaan saya, disilah saya belajar menjadi orang perkotaan yang tak peduli dengan sekitar, ternyata menyenangkan juga ya kalau dipikir-pikir.
Foto diatas adalah ketika saya berada di dalam kereta, tempat ini seakan seperti Bar-Bar di Amerika saja, main pagang-pegangan di tempat umum, malahan ada yang sempat ciuman (cium pipi), terbesit dipikiran, gerbong ini penuh dengan warna kehidupan, saya memperhaikan satu persatu dari ujung ke ujung dengan seksama, paling sudut saya melihat seorang bapak tua yang tengah tertidur pulas dengan mulut mengaga, dua baris disampinya ada seorang manita muda dan sangat cantik, seksi, pakai  bungkus paha warna hitam, rambut panjang dan sedikit menutupi wajah yang dibalut bulu mata lentik ala Marilyn Monroe dilengkapi kaca mata seperti gaya cewek jaman now.
Andai saja....... "ah jangan mikir yang engak-enggak", tepat disebelahya ada seorang perempuan memakai cadar seperti Orang Arab dan menurut saya itu lebih mirip telekung untuk solat, pakaian wanita itu menginatkan saya dengan kampus, cuma di kampus saya beda jilbabnya dalam namun ketangkap mesum di kampung orang pula dan ketika KKN pula, saya harap wanita yang saya lihat kali ini tidak seperti yang ada dikampus itu. Menurut saya ini unik kalau difoto mereka berdua terus buat meme. "kamu pilih yang mana, surga atau neraka", kadang saya bingung liat yang kaya gitu, emang yang buat memenya malaikat atau tuhan yang udah berani ngomong surga dan neraka.
Dua baris setelah mereka ada seorang ibu paruhbaya yang tak henti berkomat-kamit dari pertama saya masuk kereta, "ini orang ngomongin apa sih" mungkin ibu itu dukun atau hafis Quran, dia tak pernah melapaskan pegangannya dari tiang besi penyangga kerata itu, atau mungkin dia phobia kecepatan ya, yaudah biarin deh saya kan sekarang orang kota. Disebelahnya ada seorang gadis cantik pakai masker, tapi aku yakin dia cantik karena di kota besar kaya gini mana ada cewek yang jelek, bedak kan udah mudah didapat dan cewek kota besar rela "diapain aja" asal dapat uang untuk beli bedak, eh maksud saya "ngapain aja," kaya kerja atau bisnis gitu.
Tak terasa sudah hampir satu jam saya berada diatas kereta ini, dan sudah banyak pula orang bergantian bolak-balik masuk gerbong setiap stasiunnya dan bargantian pula pertukaran bau badan yang datang karena kereta menuju bogor melewati puluhan stasiun kecil dan ujungnya mentok di Stasiun Bogor kota.
Akhirnya setelah sampai di Stasiun Bogor saya bisa melangkahkan kaki untuk pertama kalinya dalam hidup (Minggu, 19/11/2017 16:26), sengaja dicatat karena ini adalah sejarah dalam hidup saya. Setelah saya membaca di internet Kota Bogor ini adalah kota tua yang bersejarah.