Mohon tunggu...
Naufal Ammar Fuady
Naufal Ammar Fuady Mohon Tunggu... -

menemukan titik temu intelektual berhati nurani berkutat di Universitas Azzahra sebagai mahasiswa mandiri

Selanjutnya

Tutup

Money

Hitam Putih Suatu Bisnis

18 Desember 2011   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sehubungan dengan kemajuan teknologi informasi, kini bisnis pun makin bermacam-macam jenisnya karena merebaknya pemikiran barat yang mengedepankan materialisme membuat mindset orang masa kini hanya memikirkan uang sebagai nilai acuan suatu kehidupan. Karena pemikiran tersebut sudah merusak orang Indonesia dan yang pasti Jakarta sebagai sasaran empuk para misionaris barat yang ingin maju dan menghancurkan negara-negara asia dengan perusakan akhlak yang sangat fundamental dalam merubah pemikiran suatu bangsa.

Salah satu bisnis yang mengedepankan uang sebagai target utama dan sudah membuat resah banyak orang di Indonesia adalah multi level marketing karena memang rata-rata sudah traumadengan bisnis tersebut walaupun sesungguhnya orang tersebut belum ikut dalam bisnis tersebut karena sangat kejamnya di mata banyak orang. Kalau dilihat dari sudut pandang produk, semua Muti Level Marketing masing-masing memiliki produk yang bagus dipasaran dan jika kita hanya untuk mengkonsumsi produk tersebut kita tidak akan merasa dirugikan. Tetapi yang membuat orang ragu dengan Multi Level Marketing yang pertama adalah dari segi perusahaanyang hanya mempunyai izin APLI (asosiasi penjualan langsung Indonesia) dimana surat izin tersebut kurang kuat untuk bukti kuat dan tidak bisa menjadi jaminan bagi para member lalu yang membuat orang agak jijik adalah sistemnya yang menguntungkan pemiliknya seperti permainan peringkat yang hanya menguntungkan yang diatas member, padahal kejar-kejar peringkatlayaknya anak-anak sekolah dasar yang hanya dipacu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.

Kedua, sistem tutup poin yang dimaksudkan agar kita mendapatkan bonus jika mengumpulkannya, padahal sebenarnya ilustrasinya tanggal satu sampai tanggal dua puluh lima kita diperintahkan oleh atasan kita untuk cari poin dengan cara yang berbeda disetiap multi level marketing, contohnya dengan cara jual-jualan, atau kita membeli barang dari perusahaan agar kita mendapatkan poin yang ditargetkan, jika kita tidak dapat mengumpulkan poin yang ditargetkan maka kita tidak akan mendapatkan bonus yang dijanjikan. Tetapi walaupun sudah bisa mengumpulkan poin sampai tanggal dua puluh lima, kita tidak langsung mendapatkan bonus berupa uang karena kita masih dibebankan dengan belanja ulang, dan bonusnya pun lebih kecil dibandingkan dengan belanja ulangnya. Selanjutnya janji-janji hadiah dari perusahaan biasa disebut reward yang digunakan untuk umpan kosong sebagai pemancing semangat para member-membernya

Selanjutnya dari cara kerja dan teman kerja kurang baik dalam suatu pekerjaan, sering terjadi hal yang biasa diistilahkan dengan “temen makan teman atau musuh dalam selimut” hal itu terjadi karena permainan target dari perusahaan kalaupun tidak ada target dari perusahaan maka atasan adalah salah satu faktorkita seperti dicambuk dan membuat kita mau tidak mau harus bergerak cepat hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan atasan. Ini adalah jawaban dari pertanyaan mengapa banyak orang trauma dengan multi level marketing, tetapi ada juga orang yang berhasil dalam multi level marketing menyatakan bahwa tidak semua MLM bisa membuat trauma karena ada juga yang berhasil disana. tetapi bisa anda lihat sendiri pada zaman sekarang para pemain dan korbannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun