Halo semua, salam literasi. Situasi pandemi mengharuskan kita untuk mengurangi mobilitas guna menekan angka penyebaran Covid-19, oleh karenanya buat para kaum milenial khususnya daripada kita wara-wiri kesana kemari tanpa tujuan yang jelas lebih baik kita membaca buku.
Salah satunya adalah buku yang ditulis oleh Andrew Britton, yakni The Assassin. Memang buku ini bukanlah buku yang baru saja di cetak, akan tetapi sejak tahun 2008 lalu hingga detik ini, cerita yang ditawarkan masih menarik untuk kita baca.
Buat teman-teman yang merasa kesulitan dalam membaca buku ini dalam Bahasa Inggris, buku terjemahannya juga sangat melimpah-ruah kok, jadi tak perlu khawatir.
Buku fiksi ini bergenre action-thriller, dengan mengangkat kisah seorang intelijen CIA, meliputi kasus yang terjadi, serta kehidupannya kehidupan yang mengitarinya.
Sinopsis The Assassin
(Andrew Britton, Terj B.K. Rianto)
Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, hendak menghadiri konferensi di Hotel Babylon, Baghdad. Ketika baru memasuki lobi, sebuah bom dahsyat menyambut sang Perdana Menteri. Lenih dari 20 orang wartawan amerika tewas dalam ledakan.D
Di Berlin, Jerman. Seorang gembong senjata tewas mengenaskan di markasnya sendiri. Di London, seorang bankir Timur Tengah mati terlindas bus yang sedang melaju kencang. Di Paris, seorang ekonom dan tokoh politik Irak, tewas mengerikan dengan meninggalkan lubang-lubang peluru fi sekujur tubuhnya.
Di New York, sebuah bom yang bagaikan bom nuklir siap meledak. Amerika terancam bencana yang tak kalah mengerikan dibandingkan peristiwa 11 September 2001 ketika menara WTC dihantam pesawat.
Siapa dan adakah kaitan di balik peristiwa-peristiwa mengerikan itu? Apa motifnya? Mengapa CIA harus bersitegang dengan FBI sebagai sesama lembaga intelijen? Dan, yang lebih penting lagi: mampukah bom raksasa di New York dicegah supaya tidak meledak? Apa peran Ryan Kealey dan Naomi Kharmai?
***