Mohon tunggu...
NAUFAL ALFIKRI
NAUFAL ALFIKRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 2021, Universitas Pendidikan Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Film

Perspektif Sosiologis: Budaya Patriarki dan Pertukaran Peran Gender dalam Film Ki & Ka

20 September 2023   19:33 Diperbarui: 20 September 2023   19:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Ki & Ka merupakan sebuah film yang dirilis tepatnya pada tahun 2016 silam, dan bertemakan film Bollywood atau dapat kita sebut film yang diproduksi oleh negara tetangga kita yaitu India. Film ini merupakan film yang disutradarai oleh R. Balki dengan bintang aktornya yaitu Kareena Kapoor Khan yang memerankan Kia, sedangkan Arjun Kapoor yang memerankan Kabir dalam film Ki & Ka. Tema besar dari film ini yaitu mengusung adanya peran gender dalam masyarakat, terutamanya pada masyarakat India yang masuk ke dalam era modern seperti sekarang ini.

Dalam film Ki & Ka, memang terdapat unsur-unsur yang tidak lazim seperti yang biasanya kita lihat di kehidupan sekitar kita yakni peran antara suami (Kabir) dengan istrinya (Kia) ditukar dalam rumah tangga mereka. Maksudnya adalah Kia merupakan tulang punggung finansial dalam keluarga sedangkan Kabir berperan untuk mengurus pekerjaan rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan pekerjaan lain yang biasanya dikerjakan oleh istri dalam berumah tangga. Hal tersebut memicu keheranan mayoritas penonton ketika melihat scene tersebut dalam filmnya.

Dalam film Ki & Ka ini, banyak sekali terjadi fenomena-fenomena sosial yang dapat dikaji. Contohnya saja seperti peran gender dalam keluarga, perubahan sosial pada masyarakat modern di India, dan masih banyak lagi. Jika ditinjau dari peran gender dalam keluarga, sudah jelas bahwasannya Kabir dan Kia memainkan peran yang dapat dibilang terbalik. Dimana, Kabir menjalankan tugas yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri, sedangkan Kia melakukan tugas sebagai tulang punggung finansial dalam keluarganya yang seharusnya merupakan tugas dari seorang Suami.

Dapat dikatakan dalam film ini norma-norma gender yang sudah kita pahami sejak dahulu bahwa suami akan mencari nafkah dan istri bertugas mengurus rumah merupakan aturan yang bersifat baku, padahal dalam kenyataannya yang disampaikan melalui film ini bahwa, aturan atau norma-norma peran gender tersebut bersifat tidak baku dan juga tidak dilarang oleh suatu aturan yang resmi hitam diatas putih. Berarti, dalam kehidupan nyata pun kita harus memaklumi sekalipun hal tersebut terjadi di lingkungan kita. Dikarenakan, hal ini termasuk ke dalam peran gender yang bersifat tidak baku dan dapat dirubah oleh siapa saja dalam kehidupannya masing-masing, dan itu merupakan hak resmi kita sebagai manusia merdeka yang bebas dari sistem perbudakan.

Pembelajaran sosiologis lain yang dapat dikaji dari film tersebut adalah perlawanan terhadap norma yang berlaku dalam ruang lingkup sosial, serta melawan kultur patriariki yang sudah biasa diterapkan pada masyarakat sejak lama. Kabir sebagai seorang suami tetapi peran dalam keluarganya bukan sebagai tulang punggung finansial atau pencari nafkah melainkan sebagai “Ayah Rumah Tangga” meruapakn bentuk dari adanya perlawanan terhadap norma sosial. Mengapa? Tentunya dikarenakan norma-norma yang diterapkan sudah biasa menjadikan laki-laki sebagai sang pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai pengurus urusan rumah tangga seperti memasak, mengurus anak dan lain sebagainya. Kabir memberikan dampak positif dan tidak merugikan orang lain dalam melakukan perlawanan terhadap norma sosial tersebut.

Budaya patriarki yang menempatkan laki-laki ke dalam posisi yang lebih superior dari perempuan. Budaya atau kultur patriarki tersebut ditentang oleh Kabir yang dalam filmnya menyatakan bahwa suami tetaplah akan menjadi suami dalam keluarganya, namun suami tidak harus menjadi seorang pendukung finansial utama dalam keluarganya. Hal tersebut dapat diartikan bahwasannya budaya patriarki ini ditolak oleh kehidupan yang Kabir dan Kia jalani, yang dimana Kia sebagai seorang istri menjadi pemegang kekuasaan utama atas ekonomi keluarganya sedangkan Kabir yang merupakan suami dari Kia, lebih memilih untuk berperan sebagai pengurus rumah tangga mereka.

SUMBER REFERENSI :

Halizah, L. R., Faralita, E., Negeri, I., & Banjarmasin, A. (2023). Budaya Patriarki Dan Kesetaraan Gender. Wasaka Hukum, 11(1), 19–32. https://www.ojs.stihsa-bjm.ac.id/index.php/wasaka/article/view/84

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun