Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Al Falah
Muhammad Naufal Al Falah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya bermain futsal dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Integrasi Syariat dengan Tasawuf

11 November 2024   10:14 Diperbarui: 11 November 2024   10:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syariat ( syari'ah ) menurut Bahasa berarti jalan, yakni jalan besar disebuah kota. Syariat pun berarti apa yang diturunkan Allah SWT kepada para Rasulnya, meliputi Aqidah dan hukum-hukum,sedangkan secara khusus Syriat berarti hukum Islam. Syariat berfungsi sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan perkembangan trilogi ajaran islam, syariat ini berkembang menjadi fiqih, yakni ilmu yang dihaasilkan oleh ijtihad kesepakatan para ulama untuk menentukan hukum mengenai perbuatan, perilaku, dan tindakan yang benar menurut ajaran islam.

Tasawuf adalah ilmu ajaran islam yang dikhususkan untuk memperbaiki dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut Syeikh Abdul Qadir al-Jailani berkata " Tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawat, taubah, dan ikhlas. Tasawuf dekenal juga dengan istilah sufisme, dengan ketentuannya yang bisa bersifat manis seperti madu atau bisa juga bersifat racun/membawa keburukan.

Perpisahan fiqih dengan Tasawuf

Fiqih tumbuh menjadi ilmu yang menerapkan konsep pengamalan agama, sedangkan tasawuf adalah ilmu yang mengedepankan dimensi batin. Dari Q.S. al-Baqarah [2]: {113}Ibnu Thaimiyah berpendapat bahwa pertentangan antara kaum sufi dengan fukaha adalah saling menafikan satu sama lain. Kaum sufi menolak keagamaan fukaha yang mana menurut mereka telah mengahibiskan umur dengan mempelajari ilmu amaliah, sedangkan kaum sufi memperhatikan ruh al-'amal (substansi amaliah) dengan mendalami haqa'iq al-ma'rifah, hakikat pengetahuan tentang Tuhan, dan telah sampai kepada Allah SWT melalui al-mujahadah, perjuangan Rohani dan keikhlasan beribadah dengan istiqmah mudawwamah (konsisten dan berkesinambungan).

Upaya Memadukan Kembali Fiqih dengan Tasawuf

Upaya memadukan kembali ini dimulai oleh seorang mujtahid, Imam mazhab, ahli fiqih, dan ahli tasawuf juga, yakni Imam Anas bin Malik. Beliau berpendapat bahwa "siapa yang mengamalkan tasawuf tanpa dilandasi pemahaman fikih, maka sungguh ia telah menyimpang". Sehingga dalam perjuangannya, beliau memberi 2 langkah. Pertama, menekankan bahwa pentingnya mempelajari fikih sebelum tasawuf. Kedua, keyakinnan beliau bahwa pengetahuan sejatinya adalah nur yang ditiupkan Allah SWT ke dalam kalbu. Kemudian perjuangan ini juga diteruskan oleh ulama-ulama terkemuka lainnya.

Perpaduan Fiqih dengan Tasawuf pada Pokok-Pokok Agama

Perpaduan ini melahirkan beberapa dimensi, yakni:

  • Dimensi Tasawuf dalam Sholat. Sholat memiliki dua dimensi, dimensi lahir dan batin. Dimensi lahir sholat adalah sholat dalam wawasan fikih, sedangkan dimensi batin sholat adalah sholat dalam wawasan tasawuf. Sholat  dalam wawasan tasawuf terdiri dari 5 unsur, yaitu tawajuh, munajat, istislam, Ikhlas, dan khusyuk.
  • Dimensi Tasawuf dalam Zakat. Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim/Muslimah berkenaan dengan jenis harta tertentu dengan syarat dan ketentuan yang diatur sedemikian rupa dan diberikan kepada mustahik zakat. Berdasarkan fungsinya, zakat bersifat kemasyarakatan. Keberkahan zakat terlihat jelas pada dimensi tasawuf dalam zakat, yaitu zakat mengikis sifat bakhil, zakat mengaktualkan rasa Syukur terhadap nikmat Allah SWT, dan zakat dapat menguatkan persaudaraan/silaturahmi sesame muslim.
  • Dimensi Tasawuf dalam Ibadah Haji. Berihram dari miqat, berihram dianjurkan untuk terus bertasbih supaya jiwa kita dekat dan dengan Allah SWT dengan ber-takhalili dari identitas, pangkat, dan status sosial. Tawaf, membimbing manusia bahwa dengan tawaf, berkeliling mengitari rumah Allah SWT, menumbuhkan kesadaran bahwa manusia membutuhkan Allah SWT. Sa'i, Sa'i mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha,berjuang, dan melangkah untuk menjadi tamunya Allah SWT dan dekat dengan Allah SWT. Wukuf di Arafah, Wukuf secara bahasa berarti berhenti, diam, atau berdiri. Dengan wukuf, kita dapat mengosongkan pikiran, perasaan, dan kesadaran dari selain Allah SWT dengan diam dan berhenti dari segala aktivitas dan duduk bersimpuh di hadapan Allah SWT.
  • Dimensi Tasawuf dalam Puasa. Dalam berpuasa, terdapat beberapa kekuatan potensial yang bisa digunakan untuk mengembangkan kualitas manusia, diantaranya niat yang melahirkan orientasi kepada Allah SWT dengan dorongan yang kuat dan tekad yang bulat, kesabaran yang menimbulkan daya tahan untuk menahan segala hawa nafsu, dll.

Penulis: Muhammad Naufal Al Falah dan Hamidullah Mahmud

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun