Pada hari Rabu 8 Mei kemarin, Dosen-dosen dari Program Studi Penciptaan Musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta mengadakan pertunjukkan musik orkestra. Adapun tema yang dihadirkan dalam pertunjukkan ini adalah "In Omnia Paratus: Transformasi Daya Seni". Concert Hall ISI menjadi tempat diselenggarakannya pertunjukkan orkestra malam kemarin.Â
Di malam itu karya-karya orkestra dari sembilan Dosen Program Studi Penciptaan Musik disajikan. Diantaranya adalah Siciliano karya dari Ovan Bagus yang menjadi pembuka dari karya-karya akan ditampilkan selanjutnya, "Coral Reef" karya Haris Natanael, "Eundaimonia" karya Hans Cahya, "Memory" karya Puput Pramuditya, "Three Progression" karya Adi Wijaya, "Dialog" karya Hadi Susanto, "Langkahku, Parangtritis, Lullaby" karya Royke Bobby Koapaha dan terakhir adalah karya dari Budhi Ngurah yang menjadi Music Director pada malam pertunjukkan tersebut, "Fantasia In Bali". Budhi Ngurah sebagai Music Director bersama F-Hole Strings Orchestra menjadi sorotan penonton dipertunjukkan itu.
Adapun penonton yang hadir dipergelaran musik orkestra hampir memenuhi semua kursi yang ada di Concert Hall. Pasalnya, pertunjukkan ini terbuka bagi semua orang dan juga gratis, tentu hal ini dimanfaatkan bagi para pengunjung dari semua kalangan tidak hanya para pecinta atau pegiat musik, untuk hadir meramaikan In Omnia Paratus.Â
Para penonton akan diajak menikmati karya-karya musik orkestra, dan juga melihat keahlian para mahasiswa Program Studi Penciptaan Musik dalam memainkan berbagai alat musik dan saling berkolaborasi dalam memainkannya. Dari situ juga penonton juga dapat melihat kualitas dari musik-musik ciptaan para dosen Program Studi tersebut. Jadi terdapat keterpaduan antara dosen-dosen yang menciptakan music orkestranya dengan mahasiswa mereka yang memainkan berbagai instrumen strings.
Dalam pertunjukkan tersebut juga, para penonton diperkenalkan dengan penjelasan singkat mengenai musik-musik yang akan dimainkan yang dibacakan oleh MC . Perkenalan mengenai musik-musik tersebut juga diperkenalkan melalui booklet yang dapat diakses melalui scan QR yang berada ditempat registrasi sebelum masuk ke dalam pertunjukkan.Â
Berikut ini, dalam artikel ini akan menjelaskan juga kepada teman-teman mengenai musik-musik tersebut supaya kita juga bisa mengenal serta dapat mengapresiasi karya-karya yang dihasilkan dosen-dosen jurusan musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini pada In Omnia Paratus:
1. Siciliano
Yaitu ciptaan dari Ovan Bagus yang memiliki ciri khas pada alunan musiknya yaitu berbentuk musik tarian yang dibalur dengan jenis suita yang berasal dari Italia. Tambahan sedikit mengenai penjelasan sebelumnya, bahwa yang dimaksud suita merupakan sebuah rangkaian musik yang terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait dan sering dimainkan secara berkesinambungan.Â
Atau juga dapat dijelaskan sebagai sekelompok gerakan instrumental yang berbeda-beda dan biasanya dimainkan dengan kunci yang sama. Lalu awalnya juga suita ini merujuk pada musik yang digunakan untuk menunjukkan tarian yang tujukan untuk dipentaskan, akan tetapi seiring berjalannya waktu, suita berkembang menjadi lebih kompleks dan merujuk pada berbagai jenis komposisi. Musik tarian yang sejenis dengan ciptaan Ovan Bagus ini banyak ditemukan pada karya-karya suita Italia serta khusunya ditemukan pada periode Barok dan Klasik.